Tahukah Anda, bahwa bentuk dan macam komunikasi bisa memicu konflik? Tahukan Anda bahwa konflik sesungguhnya dipicu oleh kesalahan komunikasi? Bagaimanakah metode komunikasi bisa meminimalisir konflik?
DEFINISI KONFLIK
1. Konflik adalah pergesekan atau friksi yang terekspresikan di antara dua pihak atau lebih, di mana masing-masing mempersepsi adanya interferensi dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran.
2. Konflik hanya terjadi bila semua pihak yang terlibat, mencium adanya ketidaksepakatan.
Ada lima macam gaya komunikasi Anda yang bisa memicu konflik.
KOMUNIKASI NEGATIF
Anda pasti mengetahui bahwa ada orang atau pihak tertentu yang 'secara alamiah' berperilaku seperti Tom and Jerry. Perilaku seperti ini cenderung melekat secara konstan, karena sifatnya lebih menyerupai karakter diri dari pada penyakit yang harus disembuhkan.
Apa yang pasti dari perilaku seperti ini, adalah efeknya yang buruk terhadap pihak lain. Karakter ini dapat menyedot dan menghabisi antusiasme, energi dan rasa percaya diri orang-orang sekitar.
Apa yang dapat dilakukan dengan gejala ini, adalah mendorong orang yang bersangkutan untuk mengkonfrontir perilakunya sendiri. Dan ini, hanya dapat dilakukan jika orang-orang di sekitar bisa terlibat aktif dengan memberi masukan tentang perilaku dan karakter negatif itu.
Secara teknis, pendekatan terbaik yang dapat dilakukan adalah melatih apa yang disebut dengan "I message". Contoh pengungkapannya adalah sebagai berikut:
"Saat SAYA mengutarakan suatu pendapat atau usulan, SAYA merasakan bahwa sikap negatif Anda membuat SAYA frustrasi, dan SAYA menemukan bahwa bekerjasama dengan Anda menjadi lebih sulit dari semestinya."
Orang yang berkarakter negatif, memiliki kecenderungan untuk mempersepsi segala sesuatu yang sampai di telinganya, apa yang bisa terlihat oleh matanya, sebagai bentuk-bentuk serangan. Sikap negatifnya, adalah bagian dari sistem survivalnya. "I message" dalam hal ini, adalah untuk meredam persepsi itu.
Jika Anda merasa punya banyak "musuh", karakter Anda mungkin harus dibenahi.
KOMUNIKASI BLAMING
Masih ingat yang satu ini: "Litle-litle to me. Litle-litle to me. Salary no up-up." Maksudnya, "Dikit-dikit gua. Dikit-dikit gua. Gaji mah kagak naek-naek." Inilah yang terjadi, pada korban dari orang yang memiliki kecenderungan komunikasi blaming. Ia cenderung menyalahkan -- dan selalu menyalahkan orang-orang di sekitarnya.
"I message" yang ditimpali dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik, adalah cara terbaik untuk mengakalinya. Carilah isu utama dari sikap menyalahkan itu, tangani satu per satu, jangan sekaligus.
Jika Anda sering melihat orang lain salah, mungkin Anda memang sering menyalahkan. Jika memang demikian, latihlah untuk selalu spesifik dan detil berkaitan dengan suatu kesalahan.
KOMUNIKASI SUPERIOR
Anda mungkin boss. Waspadalah. Cara berkomunikasi ini dipenuhi dengan perintah, nasehat, dan pesan-pesan yang penuh moralitas. Semua itu memang diperlukan, akan tetapi jika setiap kalimat dan uraian yang keluar dari mulut melulu hanya tentang itu, maka kepekaan dari orang-orang sekitar akan menyusut jauh. Bahkan, komunikasi seperti ini akan membuat orang-orang di sekitar menjadi bosan. Mereka akan mengalami frustrasi, penolakan dan bahkan dalam tingkat tertentu akan memunculkan inspirasi untuk mensabotase.
Sekali lagi, "I message" yang ditimpali dengan pendekatan asertif (emosi dan personal), bisa sangat membantu keadaan.
Anda mungkin boss. Waspadalah. Cobalah untuk lebih asertif dan personal. Sering-seringlah mengobrol dengan bawahan.
KOMUNIKASI TIDAK JUJUR
Seringkali, ketidakjujuran dalam berkomunikasi akan menciptakan "kegagalan mendengar". Lebih dari itu, cara komunikasi ini akan menciptakan "kegagalan berempati". Ciri-cirinya, apa yang dikomunikasikan hanyalah berbagai hal di sekitar masalah, dan bukan masalah itu sendiri.
Ada juga ciri-ciri lain, akan tetapi bukan merupakan patokan utama, yaitu komunikatornya cenderung menggunakan kata-kata "Kita". Padahal, maksud "kita" di sana tidak lebih dan tidak kurang adalah dirinya sendiri.
Ada kecenderungan, komunikator yang demikian secara sengaja tidak menindaklanjuti perilaku yang tidak profesional, atau perilaku yang dapat merusak tim kerja, padahal bisa ditindaklanjuti. Semuanya itu, jelas akan mengarah pada tidak berfungsinya tim kerja. Untuk membenahinya, diperlukan sebuah suasana yang terbuka, jujur, saling menghormati, berhenti saling menyalahkan, saling mengganggu, dan menyediakan akses bagi setiap orang.
Jika Anda sering bekerja dengan menyendiri, waspadai gaya komunikasi ini.
KOMUNIKASI SELEKTIF
Komunikatornya dalam hal ini, sering berasumsi tentang apa yang perlu diketahui oleh orang lain. Ia tidak berfokus pada apa yang secara obyektif memang perlu diketahui orang lain. Perilaku ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk tetap memegang kekuasaan, mempertahankan status quo.
Untuk membenahinya, diperlukan keterbukaan dan akses kepada setiap informasi yang penting.
CONTOH KOMUNIKASI YANG TIDAK EFEKTIF
Contoh-contoh cerminan komunikasi yang dapat mensabotase tim:
"Yang penting kerjaan gua beres."
Sikap ini akan memperlemah kekuatan dan kerjasama tim.
"Bukan gua yang salah kok."
Ini juga tidak sehat, sebab sama dengan mengatakan "Yang salah orang lain."
"Kalo Dia yang salah ya biarin aja, toh bukan Gua."
Sikap ini juga tidak membantu tim.
Sikap-sikap seperti di atas akan menghancurkan tim kerja secara keseluruhan.
LIMA CIRI KOMUNIKASI POSITIF
1. Kita Senasib Sepenanggungan
Unjuk kerja kelompok atau tim, dipersepsi lebih penting daripada unjuk kerja individual. Gaya menyalahkan, disadari atau tidak akan meroketkan unjuk kerja salah satu anggota tim, tapi tidak melejitkan unjuk kerja tim secara keseluruhan.
2. Tidak Ada Anggota yang Lebih Penting dari Anggota Lain
Rayon Al-Ghazali
Senin, 06 September 2010
LEBIH PERCAYA DIRI BERBICARA KUNCI SUKSES MEMIMPIN, MENJUAL, DAN BERPRESENTASI"
hakan syukur Rayon Al-GhazaliIndonesia-Malaysia
hakan syukur Rayon Al-GhazaliPerundingan antara Indonesia dan Malaysia telah bersepakat dalam sejumlah hal dalam perundingan tingkat menteri luar negeri di Kota Kinabalu, Malaysia, Senin (6/9) kemarin. Kesepakatan kedua negara itu diharapkan menjadi batu pijak untuk meredakan ketegangan hubungan kedua negara yang sering panas-dingin.
Dalam laman Kementerian Luar Negeri diungkapkan, pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Marty M. Natalegawa, dan Menlu Malaysia Dato’ Sri Anifah bin Haji Aman berlangsung produktif. Kedua belah pihak bertekad untuk menyelesaikan berbagai masalah melalui jalur diplomasi dan perundingan dengan senantiasa mengedepankan asas kesetaraan dan saling menghormati. Harapannya, insiden Tanjung Berakit, 13 Agustus lalu, tidak berulang kembali di masa-masa mendatang. Pada pertemuan tersebut, Marty menyampaikan kembali keprihatinan Indonesia atas penahanan dan informasi mengenai perlakukan tidak layak kepada ketiga petugas maritim Indonesia dalam insiden 13 Agustus 2010. Sementara Anifah Aman menjelaskan bahwa Pemerintah Malaysia memutuskan tidak akan memberlakukan prosedur penahanan kepada petugas Indonesia.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk menetapkan prosedur operasi standar (SOP) dan aturan pelibatan (ROE) bagi para petugas terkait di lapangan untuk mencegah terulangnya kembali insiden serupa di masa mendatang. Kedua negara telah menyepakati agar unsur sipil kedua negara, yaitu Badan Koordinasi Keamanan Laut dari sisi Indonesia dan Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) dimasukkan dalam struktur General Border Committee yang sudah ada. Penyempurnaan SOP dan ROE tersebut penting mengingat proses perundingan perbatasan akan memakan waktu yang tidak singkat. Kedua negara juga sepakat cara yang paling efektif untuk menghindari kembali terjadinya insiden serupa adalah dengan intensifikasi perundingan delimitasi perbatasan laut yang menjadi akar permasalahan antara kedua negara. Kedua Menlu akan membahasnya di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada minggu ketiga bulan September 2010.
Di samping itu telah dijadwalkan pula perundingan perbatasan tingkat teknis ke-16 dan 17 yang masing-masing akan dilaksanakan pada 11-12 Oktober 2010 di Malaysia dan tanggal 23-24 Nopember 2010 di Indonesia. Untuk meningkatkan kapasitas perlindungan warga kedua negara, kedua Menlu sepakat mendorong Kelompok Kerja terkait untuk mencapai kemajuan yang substantif terhadap Letter of Intent mengenai MOU on the Recruitment and Placement of Indonesian Domestic Workers 2006. Indonesia telah mengajukan usulan Consular Notification and Assistance
Arrangements mengenai langkah-langkah yang perlu diambil oleh kedua pihak dalam menangani keadaan dimana warga negaranya menghadapi permasalahan hukum. Pengaturan termaksud akan memperkuat mekanisme Joint Committee yang selama ini sudah ada di antara KBRI dan instansi terkait di Malaysia. Di samping insiden 13 Agustus 2010, Indonesia juga menyampaikan keprihatinan dan kepedulian atas nasib WNI yang terkena masalah hukum, khususnya yang terancam hukuman mati. Pemerintah Indonesia akan selalu memberikan bantuan advokasi hukum bagi WNI yang menghadapi proses hukum di Malaysia.
Menyangkut tiga WNI yang sudah dijatuhi hukuman mati dan saat ini menunggu permohonan pengampunan, telah diajukan keringanan hukum bagi WNI tersebut atas dasar pertimbangan kemanusiaan dan hubungan baik kedua negara. Pertemuan juga menekankan pentingnya pendirian dan pembentukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bagi anak-anak WNI usia wajib sekolah di wilayah Malaysia (Sabah). Pendirian pusat belajar tersebut sangat penting untuk memfasilitasi banyaknya anak usia sekolah WNI dapat mengenyam pendidikan yang baik. Pihak Malaysia akan melanjutkan kerjasamanya mengenai hal dimaksud. Pertemuan berikutnya dijadwalkan akan dilakukan pada Desember 2010.