Rayon Al-Ghazali
Sabtu, 15 Mei 2010
Jumat, 14 Mei 2010
PMII Selalu Berjaya
hakan syukur Rayon Al-GhazaliBadan Eksekutif Mahasiswa Fakultas dakwah dan Komunikasi merupakan lembaga tertinggi dalam fakultas sehingga selalu menjadi incaran bagi setiap organisasi baik organisasi intra maupun ekstra, bem juga merupakan pengejawantahan dari organisasi intra, maka dengan menguasai bem, kader-kader organisasi akan semakin banyak karena dengan adanya bem organisasi akan semakin besar karena setipa organisasi selalu mengembangkan dirinya pada bem sehingga tidak asing lagi kenapa bem selalu diincar oleh setiap organisasi misalnya organisasi ekstra seperti HMI, HIMMAH, KAMMI dan PMII. organisai ini sama-sama memiliki kekuatan masing-masing baik dalam tataran basis maupun politik. akan tetapi perlu diketahui PMII IAIN mataram dalam sejarah bahwa BEM tidak pernah dikuasai OLEH Organisasi lain kecuali PMII sehingga bisa dikatakan bahwa PMII selalu menjadi garda depan dalam tataran bem.
pemilihan ketua BEM_FDK untuk masa bhakti 2010/2011 yang dilaksanakan dari tanggal 12 april sampai dengan 26 april 2010 kemarin telah membuktikan bahwa kader-kader PMII masih unggul dengan kader-kader yang lain, yang dimana PMII masih memiliki taring untuk menunjukkan dirinya sebagai organisasi paling depan.
OLEH KARENA ITU PMII TAK KAN PERNAH SEDIKITPUN PANTANG
UNTUK MNEGATAKAN TANGAN TERKEPL DAN MAJU KEMUKAN
Gender Movement
hakan syukur Rayon Al-GhazaliGerakan gender (gender movement) tidaklah monopoli kepentingan kaum perempuan semata. Hal ini bisa dilihat dari side effect terjadinya ketidakadilan gender yang nantinya akan merupakan persoalan bersama. Disamping itu dinafikannya persoalan gender sebagai bagian dari problem berbangsa dan bernegara akan semakin menjauhkan kita dari tatanan keadilan sosial. Untuk konteks Indonesia peningkatan intensitas dan keseriusan dalam menangani ketidakadilan gender dewasa ini telah menjadi masalah yang amat mendesak. Hal tersebut didasari sinyalemen para pengamat perkembangan transformasi gender—diawali sekitar tahun 1970-an— dimana terdapat suatu kecenderungan bahwa gerakan transformasi gender sedang memasuki titik kulminasinya. Ada kecenderungan ke arah anggapan bahwa persoalan gender tidak lagi dipandang sebagai persoalan yang relevan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, yang pada gilirannya mengarah kepada upaya mengabaikan isu-isu gende. Untuk itu upaya untuk selalu menggugah sensifitas gender perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Kondisi yang disinyalir oleh para pengamat sebagaimana dikemukakan diatas, sangat boleh jadi disebabkan oleh kompleksitas problematika yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di era krisis multidimensional seperti sekarang ini, yang karenanya, barangkali kemudian muncul anggapan bahwa masih banyak masalah-masalah yang lebih besar ketimbang mengurusi isu-isu gender. Selain itu, fenomena ini menandakan semakin menurunnya sensitifitas gender sebagai akibat dari terjadinya stagnasi paradigmatis dalam kajian dan penelitian gender, yang pada gilirannya menyebabkan terjadinya kejenuhan di kalangan para pengkaji isu-isu gender, sehingga analisis gender menjadi kehilangan signifikansi dan daya jelajahnya dalam upayanya meraih tatanan yang berkeadilan.
Jika hal tersebut tidak segera diantisipasi atau ditanggulangi, kemungkinan besar marginalisasi isu-isu gender akan terus berlangsung seiring dengan kompleksitas dan problematika krisis yang sedang melanda bangsa ini. Dengan demikian, lama-kelamaan isu gender-pun sudah tidak relevan dan tidak terdengar lagi. Salah satu upaya untuk menempatkan gender agar mendapatkan perhatian publik adalah dengan memberikan artikulasinya melalui media penelitian, terutama memberikan bekal metodologi penelitian berprespektif gender.
Kamis, 13 Mei 2010
Imej yang dulu ditimbulkan oleh mahasiswa adalah aktifis yang vokal dan kritis dalam mendampingi tumbuhnya pemerintahan Indonesia. Dahulu, di tengah kesemena-menaan pemerintah mendiktatori masyarakat bodoh di Indonesia, mahasiswa sebagai kaum terpelajar dan terdidik melakukan perlawanan mewakili rakyat yang ditindas. Mahasiswa muncul sebagai pahlawan bagi rakyat pada saat itu, dipuja-puja dan diharapkan. Hingga seiring berjalannya waktu, masyakarat Indonesia semakin menjadi pintar, semakin kritis, dan berwawasan. Di saat yang berparalel tersebut, idealisme dan kecerdasaan mahasiswa mulai masuk mengakar di pemerintahan dan menggiring ke arah stabilisasi di roda kepemerintahan Indonesia. Kebijakan-kebijakan pun dapat secara terbuka didiskusikan dan dikaji bersama. Tidak ada lagi tindakan semena-mena dan pembodohan mental yang bisa terjadi di Indonesia dengan mudah. Sistem yang terbentuk sekarang mampu mengkover bibit-bibit yang dulu pernah menjajah Indonsia.
Lalu apakah dengan kondisi yang tengah statis seperti sekarang ini, peran mahasiswa telah berakhir? Agent of change sudah tidak dibutuhkan untuk menjadi oposisi maupun pendamping pemerintah seintens dahulu. Semangat kemahasiswaan yang dahulu bergelora untuk memerangi musuh yang terlihat, gairah untuk turun ke jalan, masuk ke rakyat, dan menyatukan suara kini tak dapat diangkat apresiasi lagi. Justru demo mahasiswa saat ini memberi terkesan negatif dan memperburuk citra mahasiswa. Akhirnya mahasiswa kehilangan semangat, motivasi, dan antusiasme untuk bergerak bersama lagi. Akan tetapi kalau kita berpikir secara sederhana masyarakat saja yang tidak pernah yang namanya mengeyam
pendidikan mampu membuat gerakan-gerkan baru untuk mengambil hak-haknya yang diambil oleh pemerintah secara paksa, salah satu caranya adalah “DEMO”.
Namun ternyata, musuh itu belumlah habis. Saat ini. Kita sebagai mahasiswa Agent of change masih menghadapi musuh yang tidak terlihat namun sangat berbahaya. Sesuatu yang harus dihadapi bersama dan bergandengan tangan dengan semangat kemahasiswaan yang dahulu. Peran mahasiswa masih dibutuhkan untuk menangkal serangan tak terlihat ini. Yaitu persaingan dalam ilmu pengetahuan, inovasi, dan kreasi yang dibungkus dalam keprofesian. Inilah gerakan mahasiswa yang baru. Gerakan keprofesian yang mampu membawa Indonesia menuju hari yang lebih cerah. Sekarang bukan saatnya mahasiswa berdiam diri tanpa berbuat apa-apa, namun kita sebagai mahsiswa berteriak membawa panji sambil mengepalkan tangan. Dan saatnya mahasiswa bersatu, menggali kreatifitas untuk membuat inovasi, penemuan, ide-ide, dan karya yang dapat menaikan harkat baik sebagai mahasiswa maupun bangsa dan negara. Sekarang adalah eranya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, yang saat ini diperlukan oleh mahasiswa adalah kesadaran dan pencerdasan akan hal tersebut. Mahasiswa-mahasiswa yang tengah tidur dan kehilangan api semangatnya patut kita bangunkan kembali. Mari kita sadarkan dan kita rangkul seluruh teman-teman kita untuk bersama-sama bergerak mencetak penemuan baru. Mari kita bersama melakukan revolusi arah gerak mahasiswa menuju gerakan karya, kreatifitas, dan inovasi.
Hidup tanpa masalah tidak akan pernah membuat seseorang akan dewasa akan tetapi masalahlah yang membaut kita semakin dewasa untuk berpikir.
Senin, 10 Mei 2010
STRUKTUR PENGURUS RAYON AL-GHAZALI MASA BAKTI 2009/2010
hakan syukur Rayon Al-GhazaliKetua : Hakan Syukur
Ketua I : Hamdan
Ketua II : Ahmad Syar’i
Ketua III : Jamilatul Rahmi
Wakil Ketua : Ahmad Juandi
Sekretaris : L. Junaidi Ahmad
Sekretaris I : Burhan
Sekretaris II : Imron Roy
sekretaris III : Mardianti
Bendahara : Heny Milyastuti
Wakil Bendahara : Handayani
Bidang-Bidang
Bidang internal {I}
Bidang Kaderisasi
Coordinator : Sahabudin
Anggota : M. Juaini
: Bq. Erica Yuniarizki
: Firdaus
: M. Wahyudi
Bidang Jurnalistik Dan Jaringan
Coordinator : Abdillah
Anggota : M. Awaludin
: M. Husnul Azmi
: Ramli
: Anita
Bidang Eksternal {II}
Bidang Humas Dan Dakwah
Coordinator : L. Harianto
Anggota : Bq. Suhadak
: Sulaiman
: Husnul Hadi
: Sulman
Bidang Komunikasi Dan Pengembangan Mahasiswa
Coordinator : Ramdan
Anggota : M. Jamiludin
: Heri Herman Jaya
: Agus Dedi Putrawan
: Bq. Sahni
Bidang Pemberdayaan Perempuan/Gender {III}
Coordinator : Wiwin Mardiana
Anggota : Riani
: Ida Rosanti
: Nila Rosmalinda
: Rohana
: Agus Astriani
: hilmayani
: Haerul Barriyah
: Rapi’ah
: Batin