SATU KATA YANG PANTAS AKU UCAPKAN ADALAH UCAPAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA.....!!! JANGAN LUPA KOMENT YA....!!!!!!

Sabtu, 22 Mei 2010

GERAKAN MAHASISWA

Semula, terselip rasa bangga ketika dipanggil mahasiswa. Bagaimana tidak, sekarang saya bukan sekadar siswa lagi, karena ada tambahan "maha" sebelumnya. Lebih dari itu, identitas ini tidak didapatkan dengan tiba-tiba, sim salabim! Identitas ini didapat setelah berjibaku dalam seleksi super ketat melawan ribuan saingan ujian penerimaan mahasiswa baru. Sehingga, tak terlalu salah menganggap identitas mahasiswa sebagai simbol kemenangan para juara. Tidak hanya itu, mahasiswa menyandang berbagai gelar yang menggelegar: agent of change, agent of develovment, agent of social control, director of change, creative minority, calon pemimpin bangsa dan lain sebagainya.
Berbagai perubahan besar dalam persimpangan sejarah negeri ini, senantiasa menempatkan mahasiswa dalam posisi terhormat. Misalnya, sebagai pahlawan demokrasi, bahkan gerakan yang dibangun mahasiswa disebut sebagai pilar demokrasi yang kelima. Mahasiswa menjadi tumpuan harapan bangsa, harapan negara, harapan masyarakat, harapan keluarga dan juga harapan agama. Di tengah euforia identitas itu, tiba-tiba muncul seberkas kesadaran. Ada peran-peran yang harus dilakukan sebagai konsekuensi logis dan konsekuensi otomatis dari identitas mahasiswa.
A. Harapan dan Konsekuensi
Berbagai istilah menggelegar itu menuntut pemilik identitas mahasiswa, untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan. Ada harapan di balik berbagai sebutan dan julukan untuk mahasiswa. Ya, ada konsekuensi identitas mahasiswa! Setidaknya ada tiga aspek yang menjadi konsekuensi identitas mahasiswa.
1. aspek akademis. Dalam aspek ini tuntutan peran mahasiswa hanya satu, belajar. Ini sebenarnya merupakan tugas inti mahasiswa karena konsekuensi identitas mahasiswa dalam aspek yang lain, merupakan derivat dari proses pembelajaran mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica harus menjadi insan yang memiliki keunggulan intelektual, karena itu merupakan modal dasar kredibilitas intelektual.
2. aspek organisasional. Tidak semua hal bisa dipelajari di kelas dan laboratorium. Masih banyak hal yang bisa dipelajari di luar kelas, terutama yang hanya bisa dipelajari dalam organisasi. Organisasi kemahasiswaan menyediakan kesempatan pengembangan diri luar biasa dalam berbagai aspek. Misalnya, aspek kepemimpinan, manajemen keorganisasian, membangun human relation, team building dan sebagainya. Organisasi juga sekaligus menjadi laboratorium gratis ajang aplikasi ilmu yang didapat di kelas kuliah.
3. aspek sosial politik. Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri. Mahasiswa tidak boleh menjadi entitas terasing di tengah masyarakatnya sendiri. Ia dituntut untuk melihat, mengetahui, menyadari dan merasakan kondisi riil masyarakatnya yang hari ini sedang dirundung krisis multidimensional.
Kesadaran ini mesti teremosionalisasikan sedemikian rupa hingga tidak berhenti dalam tataran kognitif an sich, tapi harus mewujud dalam bentuk aksi advokasi. Dalam tataran praktis, aksi advokasi ini sering bersinggungan dengan ketidakadilan dan otoriterianisme kekuasaan. Menantang memang, namun di situlah jiwa kemahasiswaan seseorang teruji. Kampus memang bukan merupakan masyarakat sesungguhnya (real society), tapi ia merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosialnya dengan masyarakat yang sebenarnya. Karena itu, mahasiswa bisa menjadikan kampus sebagai ajang simulasi yang menjadi bekal sebenarnya, ketika betul-betul terlibat dan terjun ke masyarakat sesungguhnya.
Maka, belum lengkap menjadi mahasiswa tanpa memenuhi berbagai konsekuensi identitas mahasiswa dalam ketiga aspeknya. Pemenuhan keseluruhan konsekuensi identitas mengantarkan “mahasiswa” pada kebermaknaan menjadi mahasiswa. Banyak persoalan mahasiswa di kampus yang sebenarnya bisa disikapi dan bisa dijadikan sebagai pemicu dalam menggelorakan kampus ternyata tidak direspon oleh organisasi-organisasi mahasiswa baik intra maupun extra-universiter, mulai dari persoalan minimnya fasilitas, layanan administrasi yang berbelit-belit, pungli, biaya kuliah yang semakin mahal, represifitas terhadap aksi-aksi mahasiswa, kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi selalu dibatasi sampai pada hal yang cukup strategis tentang pengambilan kebijakan kampus yang tidak pernah melibatkan Mahasiswa (seperti pemilihan rektor dan perumusan-perumusan peraturan kampus).
B. Mahasiswa dan Politik.
Sebagai sebuah kekuatan politik, gerakan organisasi kemahasiswaan masih memiliki legitimasi moral yang kuat. Sayangnya, meskipun harapan tinggi masih diletakkan ke pundak mahasiswa, ada kecenderungan gerakan politik mahasiswa kian melempem dalam menanggapi berbagai permasalahan riil dan kondisi objektif kampus dan bangsa saat ini.
Mantan Ketua MPR-RI Amien Rais yang pernah menjadi icon gerakan Reformasi 1998, dalam seminar mahasiswa akhir 2005, menilai, gerakan mahasiswa pasca kejatuhan Soeharto telah berubah. Gerakan mahasiswa yang dulu bersemangat, kini seperti ‘mati suri’. Aksi demonstrasi yang dilakukan untuk kepentingan rakyat tak banyak digelar, dan mahasiswa lebih banyak dibelenggu kemewahan hidup akibat kapitalisme (Kompas, 19/12/2005). Terlepas dari benar atau tidaknya sinyalemen Amien, pandangan yang sama agaknya kini juga dirasakan publik. Kiprah gerakan politik mahasiswa yang sebelumnya bersemangat menyuarakan reformasi semakin sayup terdengar. Setelah rezim Soeharto tumbang, praktis tidak tampak lagi kebersamaan kaum muda memelihara hasil reformasi.


Meskipun dari segi nilai politik, gerakan yang dilakukan mahasiswa penting sebagai penyeimbang kekuatan politik negara, aksi yang dilakukan dalam menyikapi kebijakan pemerintah tidak lagi memiliki kekuatan signifikan. Seandainya ada, relatif dilakukan terpecah-pecah dan tidak ada gerakan terpadu. Kondisi yang demikian menggambarkan gerakan politik yang terkotak dalam politik aliran tertentu. Akibatnya, berbagai kebijakan publik yang semestinya mendapat kontrol ketat bisa lolos dengan relatif mulus. Kenaikan harga BBM, kenaikan tunjangan anggota DPR, gagalnya usulan hak angket, interpelasi DPR dan yang masih hangat adalah kenaikan harga minyak goreng merupakan contoh mandulnya kontrol kebijakan lewat jalur birokrasi dan parlemen. Jalur kontrol kebijakan publik melalui birokrasi dan parlemen sulit diandalkan. Sementara kontrol ekstra parlementer pun terkesan melempem.
Harapan terhadap revitalisasi peranan mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan tercermin dari ketidakpuasan publik yang membesar terhadap kiprah mahasiswa. Demikian juga sikap kritis gerakan politik mahasiswa dalam menyikapi kinerja pemerintah, DPR, maupun lembaga penegak hukum dinilai masih jauh dari yang diharapkan. Besarnya proporsi sikap kurang puas publik dalam menilai gerakan organisasi mahasiswa, meski tidak dominan, bermakna signifikan mengingat citra dan apresiasi gerakan mahasiswa selama ini mendapat nilai positif yang tinggi dari masyarakat. Sebanyak 71,2 persen responden masih menilai citra organisasi mahasiswa baik dan 21 persen menilai buruk. (Kompas, 06/02/2006)
Sementara itu, organisasi mahasiswa yang pada masa lalu telah turut memainkan peranan penting dalam sejarah perubahan kondisi bangsa ini, juga semakin tidak terdengar. Penilaian kepuasan terhadap Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara misalnya, hanya sedikit di atas proporsi responden yang tidak puas. Sementara kiprah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia maupun kelompok aktivis tahun 1998 seperti Forum Kota bahkan cenderung dinilai lebih tidak memuaskan dalam kiprah politik mereka saat ini. Relatif besarnya jumlah responden yang mengatakan tidak tahu mengenai gerakan mereka, menunjukkan kian tak terdengarnya kiprah mereka di panggung sosial politik. Boleh jadi, faktor pengenalan terhadap organisasi mahasiswa turut memengaruhi penilaian.
Kemurnian gerakan mahasiswa sering menjadi pertanyaan, apakah aktivitas di dalam gerakan organisasi mahasiswa murni didasarkan keinginan melakukan perubahan kondisi yang lebih baik, ataukah sekadar sebagai batu loncatan meraih kekuasaan atau kedekatan politik dengan pusat kekuasaan. Fenomena aktivis mahasiswa ‘98 yang menjadi anggota legislatif menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi publik percaya mereka memiliki idealisme dan komitmen membela rakyat, sehingga mampu memperbaiki sistem dari dalam. Namun di sisi lain, kondisi tersebut rawan godaan dan iming-iming materi yang mengaburkan komitmen awal mereka. Seperti sinyalemen Amien Rais, gerakan mahasiswa masa kini pasif, karena manusianya sedang dibelenggu kenyamanan hidup.
C. Penutup.
Oleh karena itu jalan terbaik bagi mahasiswa saat ini adalah kembali kepada identitas awalnya sebagai agent of change, agent of development dan agent of social control, dengan demikian identitas ini akan mengantarkan “mahasiswa” pada kebermaknaan menjadi mahasiswa. Jangan nodai ke-Maha-an anda demi segelintir prestise.

cara membuat XHeader biar blog anda makin cantik

Rekan-rekan yang sering blogwalking pasti sering menemukan header cantik dari blog maupun situs yang dikunjungi bukan? Mungkin banyak diantar rekan-rekan yang “iri” melihat header tersebut, karena sebenarnya kepengen punya header yang cantik dan keren juga tapi gak punya kemampuan untuk mendesain.

Nakh, daripada cuma bisa mengagumi header cantik dan keren orang punya, lebih baik mulai buat sendiri aja. Disini ada tutorial sederhana tentang cara membuat header cantik dalam 3 menit dengan Xheader, tidak perlu jago desain grafis atau pinter photoshop kok, software ini simple dan mudah dimengerti, dan yang pasti Gratis atau freeware.

Berikut saya coba paparkan cara membuat header-nya,

1. Membuat Header dengan Template

Xheader memberikan ribuan template gambar header gratis siap pakai yang bisa Anda pilih. Untuk membuat gambar Header dari template, buka menu File -> New. Kemudian pilih Load From Template Library,



2. Mengatur Ukuran Header

Anda bisa mengatur ukuran header agar sesuai dengan blog Anda melalui menu Option–> Resize Header.

3. Memasukkan Teks

Setelah Anda memilih template atau gambar header yang tersedia, Anda bisa memulai memasukkan teks. Anda bisa menambah dengan efek outline, chisel, emboss, dan glow. Jika akan menambah efek, pilih teks yang akan di-edit dengan menu select terlebih dahulu.



4. Memasukkan Gambar Dari Komputer

Gunakan tool Image, jika anda ingin memasukkan gambar dari komputer (harddisk, flashdisk, dsb),



5. Membuat Garis, Kotak atau Lingkaran

Anda bisa menambahkan garis, kotak atau lingkaran dengan menggunakan tool seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Objek ini juga dapat diberi efek!



6. Mengatur Urutan Peletakkan Objek

Sebuah gambar, bidang atau tulisan dapat diletakkan di atas atau di bawah yang lain. Anda bisa memilih objek dengan tool Select (paling kiri) dan mengatur urutan peletakkan objek melalui tool To Front atau To Back.



7. Mengatur Efek Transparan dan Bayangan

Text atau gambar dapat diatur agar transparan (tembus pandang) dan ada bayangannya dengan tool yang tersedia seperti terlihat pada gambar ini.



8. Preview dan Menyimpan Gambar

Sebelum Anda menyimpan gambar Header yang telah anda buat, Anda bisa mencoba melihat tampilan gambar header Anda di browser, buka menu Options -> Preview in Browser. Setelah semua oke, simpan gambar Anda melalui menu File -> Save JPG. Atau File -> Save XHF. File JPG siap di-upload ke blog Anda, sedangkan file XHF bisa diedit ulang jika Anda mau.

selamat mencoba dan sukses........sahabat,,,,!!!!!!!!!

Kamis, 20 Mei 2010

Estapet Kepemimpinan

Idealisme mahasiswa sikap pantang menyerah untuk mentransformasikan bentuk ideal cita-citanya menjadi kenyataan. Seperti yang dikmukakan oleh Lewis Coser, mahasiswa adalah “orang-orang yang kelihatanya tidak pernah puas menerima kenyataan sebagaimana adanya”. Mereka mencari dan mempertanyakan kebenaran yang berlaku di suatu saat, dalam hubungannya dengan kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas. Definisi Mahasiswa adalah individu yang sedang melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka menempuh suatu program pendidikan. Mahasiswa secara luas adalah pembaharu bagi kemajuan dan penopang hidup masyarakat. Sebagai kelompok intelektual-teknokrat, mahasiswa berpeluang untuk berada dalam posisi terdepan dalam proses perubahan masyarakat. Pasca 98 pergerakan mahasiswa seperti mati suri, tenggelam dalam euforia keberhasilan menggulingkan rezim otoritarian. Apakah cita-cita ideal tentang kebenaran dan keberpihakan kepada rakyat telah tercapai ? realitanya, “ musuh bersama” masih hidup dan merupakan bahaya laten yang lebih masif. Selama status quo, wajah baru neoliberalisme masih berkuasa cita-cita mahasiswa belum tercapai!. Persoalannya, kemana tongkat estafet idealisme mahasiswa ? Tongkat estafet idealisme rapuh dimakan “rayap-rayap” komersialisasi kampus. Idealisme mereka digadaikan karena biaya kuliah tinggi akibat sistem undang-undang pendidikan yang baru. Pragmatisme mahasiswa ini seperti temuan survei BEM KM UGM terhadap Mahasiswa UGM, yang dilakukan pada bulan April 2009. Survei yang mengambil sampel sebanyak 380 mahasiswa aktif S1 dan D3 UGM ini menemukan bahwa, sebanyak 28,9% responden mahasiswa tidak aktif berorganisasi di lingkup kampus. Bahkan untuk organisasi ekstra kampus, tingkat keaktifan mahasiswa jauh lebih rendah, yaitu sebanyak 78,8% responden. Karakteristik mahasiswa ini diperkuat dengan tipe pilihan tema kegiatan. Self Motivation, Kewirausahaan, dan Tips Berkarir adalah tiga tema utama yang paling digemari mahasiswa untuk memilih suatu kegiatan. Sementara isu-isu pendidikan seperti UU BHP, Pemilu kurang diminati. Semua temuan tersebut mengindikasikan kecenderungan mahasiswa yang hanya berpikir untuk pengembangan dirinya.
Hasil jajak pendapat seperti ini juga terekam dalam survei BEM KM UGM yang mengambil sampel 345 responden, tentang persepsi mahasiswa baru UGM terhadap aktivitas kampus. Generasi mahasiswa mendatang di perkirakan akan kehilangan kultur aktivis. Ekspresi tersebut ditunjukan oleh 57,60 % responden yang tidak setuju terhadap aksi demonstrasi jika pihak universitas menaikan biaya kuliah. Demonstrasi, aksi legendaris mahasiswa bentuk perwujudan ketidakpuasan ketika semua tidak berjalan ideal. Ironisnya mengalami paradoksial, sinarnya akan segera redup. Penegasan terhadap kondisi demikian terefleksikan, pada minat masuk organisasi pergerakan dimata mahasiswa baru sangat kecil. Hanya 5 % responden yang berminat menjadi aktivis.
Mahasiswa bukan hanya terdaftar secara administratif dan belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa juga harus menuntut transparansi dan pengelolaan keuangan dari pihak universitas. Hasilnya 57,60 responden menjawab setuju terhadap masalah transparansi keuangan. Semantara itu pemahaman mahasiswa terhadap isu non akademis, menunjukan fakta yang menarik. Sebanyak 40,50 % responden menjawab kurang setuju dan 3,40 % sangat tidak setuju terhadap masalah relokasi pkl oleh pihak univesitas. Sebaliknya 52,50 % responden menjawab setuju dan 3,40 % menjawab sangat setuju. Bila diakumulasikan data mahasiswa yang respect terhadap masalah pkl memang masih tinggi tetapi selisihnya tipis dengan mahasiswa yang kontra. Ada indikasi bahwa mahasiswa apatis terhadap permasalahan sosial. Orientasi mereka hanya terpusat terhadap permasalahan tataran lingkungan kampus. Mahasiswa harus inklusif peka terhadap permasalahan sekitarnya dan kontekstual telibat dalam proses pengawalan keadilan.
Ada kecenderungan mahasiswa baru akan fokus ke study oriented, disampaikan oleh 54 % responden menjawab setuju akan mempercepat kuliah. Dugaan ini semakin menguat, responden memilih setuju 40,70 % dan sangat setuju 25,40 % tugas utama mahasiswa adalah mengejar IP tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pesan mahasiswa baru lebih tertarik pada persoalan individualis dan terjadi reduksi kultur aktivis dikalangan mahasiswa.
Komposisi yang seimbang, mahasiwa tidak hanya memiliki IQ yang tinggi tetapi juga diimbangi EQ (kecerdasaan emosi). Bahkan berdasarkan banyak penelitian, IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20 % sedangkan kecerdasan emosi memberi kontribusi 80 % (Irfan, dkk, 2000:33 dan Ngermanto, 2000:97). Pembangunan karakter mahasiswa tidak hanya duduk dikelas, menghapal perkataan dosen , dan mengejar nilai. Ada dinamika lain yaitu kepemimpinan dan proses pendewasaan, lewat organisasi kemahasiswaan kecerdasan emosi terbentuk. Dunia organisasi mengajarkan mahasiswa untuk mampu bersosialisasi, saling membantu, dan bertukar pendapat. Keuntungan lainya mahasiswa siap diterjunkan ditengah masyarakat dan langsung dengan cepat mengaplikasikan ilmunya.
Persepsi mahasiswa baru tentang prospek kerja jurusan juga menjadi data yang menarik. Sebanyak 65 % responden menjawab kurang tahu tentang prospek jurusan mereka. Data tersebut mencerminkan mahasiswa baru pesimisme terhapadap masa depan.
Sistem penerimaan mahasiswa melalui berbagai jalur. Memberi corak warna tersendiri dalam jumlah pemetaan karakteristik mahasiswa. Akses masuk orang miskin menjadi mahasiswa sangat dikebiri, pintunya lewat SNMPTN yang kuotanya hanya 9 % dan PBOS yang makin raib mendapat jatah 0,5 %. Disisi lain proporsi kuota swadana terus naik setiap tahun. Peluang mahasiswa tidak mampu untuk kuliah namun memiiliki kualitas menjadi kecil dan harus melewati persaingan yang keras. Arah tujuan sistem UU BHP semakin mengkerdilkan dan menafikan kesempatan mahasiswa miskin untuk mendapatkan haknya yaitu pendidikan. Semua dibungkus oleh komersialisasi kampus, menuju kampus eksklusif dengan pembatas portal barunya. Dunia kampus dipenuhi mahasiswa yang hanya berorientasi pada modal, artinya mereka berusaha mengembalikan uang SPMA yang diberikan pada awal menjadi mahasiswa. Perwujudan karakter mahasiswa hasil komersialisasi kampus dalam bentuk cepat lulus untuk dan langsung bekerja. Cenderung mahasiswa apatis terhadap keadaan sekitar orientasi mereka hanya kepada uang.
Idealisme mahasiswa harus dipertahankan, itulah kekuatan esensial peran aktif mahasiswa untuk mengawal demokrasi. Satu pertanyaan menarik dari Prof Taufik Abdullah, tentang generasi muda kita, yang didalamnya termasuk mahasiswa yakni: Apakah generasi (muda) ini menjadi epigon dari generasi pendahulunya, sebagai pemikul batu dari bangunan gedung yang sudah selesai?” Jawabnya Tidak! Jati diri mahasiswa sebagai pembaharu dan kritis modal karakter sejati, sebagai generasi penerus.
Dalam pengambilan sampel penelitian ini, kami mengguanakan metode sampel acak stratifikasi. Kami membuat polling mengenai tanggapan mahasiswa baru UGM terhadap aktivitas kampus. Populasi mahasiswa baru tingkat sarjana terdiri atas 18 fakultas dengan jumlah 6424 orang. Kami mengambl sampel sebanyak 345 orang mahasiswa baru. Dengan demikian sample fraction (interval) pengambilan sampel ini adalah 1/17. Setelah ditentukan angka intervalnya, maka sampel dapat diambil pada setiap interval ke-17 dari nomor induk mahasiswa paling awal pada tiap-tiap fakultas.
Pengumpulan pendapat melalui kuesioner ini diselenggrakan oleh BEM KM UGM pada tanggal 3-17 Agustus 2009. Sebanyak 362 responden diplih menggunakan sistem stratifikasi proporsional melalui Daftar Induk Mahasiswa. Tingkat kepercayaan 95 %.

makalah komunikasi politik

Pendahuluan
Media dalam sebuah komunikasi politik mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan sebagai publisitas politik terhadap masyarakat luas. Tentunya dengan tujuan khalayak mengetahui agenda politik setelah itu simpati dan menjatuhkan pilihannya kepada partai tersebut. Siapapun komunikator atau aktivis politik akan berusaha untuk menguasai media. Tak heran, barang siapa yang telah menguasai media, maka dia hampir memenangi pertarungan politik. Semenjak kemajuan teknologi dan informasi yang revolusioner, media cetak maupun elektronik mengantarkan informasi kepada khalayak sangat efektif. Pemanfaatan media untuk mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga Pemilu 2009. Segala kegiatan yang ada nuansa politik diangkat media bertujuan tak hanya sebagai sarana publisitas namun juga mempengaruhi khalayak untuk memilihnya.
Oleh sementara pihak media, media massa sering disebut sebagai the fouth estate dalam kehidupan sosial ekonomi. Hal ini terutama disebabkan oleh peran suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial ekonomi dan poitik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Antara lain karena itu, media massa juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu idea atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam kontek kehidupan yang lebih empiris.
Saluran Komunikasi politik
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Atau bisa pula dengan melakukan kombinasi lambang hingga menghasilkan cerita, foto (still picture atau motion picture), juga pementasan drama. Alat yang dimaksud di sini tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi. Jadi, lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. Komunikator politik, siapapun ia dan apapun jabatannya, menjalani proses komunikasinya dengan mengalirkan pesan dari struktur formal dan non-formal menuju sasaran (komunikan) yang berada dalam berbagai lapisan masyarakat.
Sedangkan, politik seperti komunikasi adalah proses dan seperti komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar symbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai dan pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs menyatakan dengan cara sederhana, “ Politik adalah pembicaraan, atau lebih tepat kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. “ ia menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi hakekat pengalaman politik dan bukan kondisi dasarnya, ialah bahwa kegiatan berkomunikasi antara orang-orang.
Maka dengan hadirnya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan terutama mengenai politik akan mempermudahkan kepada setiap komunikator politik dalam menyampaikan dan memperkenalkan siapa dirinya kepada khalayak.
Begitu berkuasanya media dalam mempengaruhhi pikiran, peranan, dan perilaku penduduk, sehingga Kevin Philips dalam buku responsibility in mass Communication mengtakan, bahwa era sekarang lebih merupakan mediacracy, yakni peemerintahan media, daripada demokrasi pemerintahan rakyat.
Kekuatan media massa (powerful media) sebagai saluran untuk mempengaruhi khalayak, telah banyak memberikan andil dalam pembentukan opini publik. Kemampuan melipatgandakan pesan-pesan politik di media massa mempunyai dampak terhadap berubahnya perilaku pemilih. Maka dari itu, bagi para elit politik yang ingin bertarung memperebutkan kursi kekuasaan, akan berusaha memanfaatkan media massa untuk tujuan publikasi dan pembentukan citra. Media dalam bentuk apapun adalah saluran komunikasi seorang kandidat kepada khalayak yang dikatakan efektif dan efisien pada masa kampanye modern saat ini. Ada beberapa media yang sangat penting dalam mempublikasikan agenda politik:
Media telepon; merupakan alat komunikasi lisan satu-kepada-satu yang memiliki beberapa kegunaan bagi kampanye kontemporer. Media ini kerap digunakan bagi hubungan pribadi jika organisasi kampanye ingin mengumpulkan dana, mengarahkan pemilih untuk datang ke tempat kampanye. Atau terkadang media telepon juga biasa digunakan untuk memperkenalkan kandidat melalui rekaman suara yang dapat diputar berulang kali. Telepon pun hingga saat ini masih digunakan sebagai media survey tentang opini para pemilih; polling telepon, dengan menggunakan sistem pemutaran nomor secara acak disertai kuesioner pendek yang mudah dipahami; prosedur utama survey.
Media radio, Menurut McLuhan, terdapat resonansi antara radio dan telinga serta pikiran manusia, resonansi yang menyajikan peluang besar bagi kampanye radio. Di samping itu, radio juga merupakan saluran massa bagi kaum minoritas walaupun dalam perkembangannya kaum mayoritas pun masih belum bisa meninggalkannya. Meskipun radio tidak menampilkan visual/gambar hidup, namun media satu ini bisa merambah ke lokasi di mana media lain susah bahkan tak bisa menjangkaunya.
Media Televisi, Di Amerika, penggunaan televisi sebagai media kampanye sudah sejak dasawarsa 1950-an dan 1960-an dimulai. Penekanan dalam kampanyenya pun beragam, mulai dari pembuatan citra; di mana penggunaan media ini untuk memproyeksikan atribut-atribut terpilih dari kandidat. Hingga penekanan berkembang pada tahun 1970-an menjadi pengaturan dan pembahasan pokok masalah kampanye. Teknik untuk membangun citra sang kandidat pun beragam dari melalui publisitas gratis hingga pada beriklan di televisi yang mesti bayar. Sebenarnya sudah ada pengaturan tentang tata cara beriklan di media massa, terutama di televisi. Namun tetap saja banyak terjadi kecurangan di sana-sini, hingga terjadi ketidakadilan dalam peliputan berita kampanye pada Pilpres 2009 yang lalu. Peliputan berita kampanye pasangan kandidat tertentu mendapat durasi yang relatif lebih panjang dibanding pasangan kandidat yang lainnya. Hal ini dikarenakan pemilik stasiun televisi tersebut adalah “orang dekat” dari pasangan tersebut. Atau bisa juga karena pasangan kandidat tersebut memiliki dana kampanye yang cukup banyak untuk dapat memasang iklan berlebih pada media tersebut.
Media Cetak, Meskipun media elektronik ditambah dengan media inovasi sudah semakin maju, tetap saja media cetak belum akan ditinggalkan khalayak massa. Terdapat dua tipe media cetak yang kerap dijadikan sebagai media kampanye, yakni melalui surat langsung dan surat kabar atau majalah. Surat Langsung. Pada tahun 1974, Robin dan Miller memeriksa pengaruh pengiriman surat umum kepada 72.000 orang pada tahun 1974. Mereka menemukan bahwa, surat langsung tidak memiliki cukup pengaruh terhadap tingkat informasi pemilih, pandangan kandidat, tujuan memberikan suara dalam pemilihan, atau pemilihan kandidat.
Surat Kabar. Tiga tipe isi surat kabar yang bertindak sebagai sarana bagi komunikasi kampanye, yakni ihwal berita, editorial, dan iklan. Semuanya membantu pembinaan citra dan penyajian masalah. Namun, pembuatan citra adalah yang paling utama. Setelah dilakukan penelitian terhadap ketiga tipe isi surat kabar dalam hal kampanye politik, maka didapatkan sebuah kesimpulan bahwa materi yang disajikan lebih kepada citra sang kandidat ketimbang masalah yang dihadapi. Dalam pemilu 2009, media surat kabar menjadi ruang publisitas politik di antara partai-partai peserta pemilu, mengingat salah satu media yang cukup representatif untuk mensosialisaikan agenda-agenda partainya masing-masing.
Di tengah-tengah segitiga persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dalam berbagai peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam penyampaian berita yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa lain berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi dengan koran. Seringkali koran memberikan banyak hal sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini lalu diisi oleh majalah. Majalah acapkali meliput suatu yang diberikan oleh media siaran secara lebih panjang dan lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui yang lebih banyak tentang suatu yang diberitakan di televisi akan mencarinya di majalah. Jika ia akan lebih mendalaminya, ia akan mencari buku atau film dokumenter. Hal ini juga menandakan bahwa peran media sebagai penafsir informasi serta pentingnya sebagai penyampai informasi. Maka dari berbagai media di atas mempunyai peran yang saling melengkapi dan itu sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesan politik.

contoh surat permohonan sk

No : 001.PR-I.W-02.01-001.A-I.12.2009
Lamp : 1 (Satu) Gabung.
Hal : PERMOHONAN SK

Kepada Yth.
Sahabat Ketua Umum PMII Cabang Mataram
di-
Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam silaturrahim teriring do’a kami sampaikan semoga Bapak/Ibu tetap dalam lindungan Allah Swt., serta tetap eksis dalam menjalankan aktivitas kesehariannya, Amin.

Sehubungan telah diadakan Rapat Tahunan Aggota Rayon (RTAR Ke-I) dan terbentuknya pengurus Rayon Al-Ghazali Fakultas Dakwah dan Komunikasi Komisariat IAIN Mataram dengan tema “menciptakan pemimpin yang amanah, kritis dan transpormatif” pada tanggal 22 November 2009 yang bertempat di ruang fakultas syari’ah. Maka dengan ini kami meminta untuk secepatnya dibuatkan SK agar estapet kepemimpinan dan program-program berjalan sesuai dengan rencana. (berita acara dan susunan kepengurusan terlampir)

Demikian surat ini kami buat, atas bantuan dan kerjasama yang baik kami ucapkan terimakasih.

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamit Thorieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mataram, 16 Desember 2009

Mengetahui:
Pengurus Rayon Al-Ghazali
Fakultas Dakwah dan Komunikasi





Hakan Syukur L. Junaidi Ahmad
Ketua sekretaris


Lampiran I
BERITA ACARA

Alhamdulillah merupakan kata-kata yang harus selalu di ucapkan karena ini merupakan ucapan syukur kepada Allah AWT ketika menerima, mendapatkan atau telah melakuka sesuatu kemudian lancar tanpa ada gangguan sedikitpun.

Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR Ke-I) Rayon Al-Ghazali Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Komisariat IAIN Mataram telah dilaksanakan dan berjalan dengan lancar walapun begitu banyak halangan-halangan. Misalnya, dana yang minim dan kurangnya pengalaman karena ini adalah baru pertama kali diadakan walaupun sudah lama berdiri dan sebagainya, namun itu tidak akan pernah menjadi suatu bentuk kekurangan yang akan menghalangi kami untuk mensukseskan RTAR perdana Rayon Al-Ghazali ini. Justru inilah yang membuat motipasi kami untuk terus semangat agar kedepannya lebih baik.

RTAR ini juga merupakan suatu bentuk komitment kader-kader Rayon Al-Ghazali untuk mendapatkan suatu pemimpin yang baru untuk keberlangsungan Rayon Al-Ghazali. Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR Ke-I) Rayon Al-Ghazali Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Komisariat IAIN Mataram dilaksanakan pada tanggal 22 November 2009 yang dihadiri oleh semua kader rayon al-ghazali yang berjumlah 43 orang kader baru dan 15 orang kader lama yang berlangsung dengan berbagai tahap, yakni sebagai berikut :

1. Pra Acara

Sebelum acara RTAR dimulai, dimana pada tanggal 8 November 2009 merupakan awal pembentukan panitia yang dihadiri oleh semua anggota rayon al-ghazali dan kebetulan pada waktu itu dihadiri juga oleh dua orang senior yaitu sahadeni dan Selamet Subroto salah satu pengurus cabang PMII mataram. Pada awalnya RTAR Ke-I Rayon Al-Ghazali fakultas dakwah dan komunikasi komisariat IAIN Mataram ini akan diadakan pada tanggal 15 November 2009 namun karena banyak anggota yang masih sibuk dan ada kperluan sesuatu dan lain hal maka RTAR ini ditunda selama satu minggu yakni pada tanggal 22 November 2009.

2. Acara

Akhirnya pada tanggal 22 November 2009 RTAR Ke-I Rayon Al-Ghazali pun dimulai. Dengan Pimpinan Sidangnya adalah Firdaus Sekretaris Sidang adalah Agus Dedi Putrawan dan Notulennya adalah Bq. Sahni yang dibuka langsung oleh Ketua Umum PMII Cabang Mataram. Yang berlangsaung sekitar 4 jam, pada awal pembacaan ad/art RTAR pun berlansung dengan aman dan tertib dimana tidak ada kericuhan ataupun permasalahan yang ada, namun ketika pembacaan kriteria calon, permasalahan pun mulai muncul satu persatu, argumen-ergumen dikeluarkan sampai-sampai mau terjadi bentrokan karena argumen yang satu dengan argumen yang lain saling mempertahankan dan saling membenarkan diri sendiri, pada tahap pencalonan ada 4 kandidat yang maju untuk menjadi bakal calon ketua rayon al-ghazali, ke empat kandidat ini adalah
1. Ahmad Syar’i 3. Imron Roy
2. Abdurrahman 4. Hakan Syukur
Ke empat calon ini sama-sama berkomitmen untuk menjadikan Rayon Al-Ghazali kedepan akan lebih baik dari yang sebelumnya, pada tahap pemilihan satu persatu peserta yang hadir memilih dengan bijaksana, jujur, adil, bebas dan rahasia. Ahirnya kemudian setelah semua memilih dapat terlihat porolehan suara masing-masing kandidat, yakni :
1. Ahmad Syar’i : 1 (satu) suara
2. Abdurrahman : 2 (dua) suara
3. Imron Roy : 0 (nol) suara
4. Syukur : 50 (lima puluh) suara
Dengan perolehan suara yang sudah cukup membuktikan siapa yang berhak menjadi ketua Rayon Al-Ghazali akhirnya pimpinan sidang yang dimana pimpinan sidang pada waktu itu adalah FIRDAUS memutuskan bahwa Hakan Syukur telah resmi menjadi Ketua Umum Rayom Al-Ghazali dengan masa bakti 2009/2010

PERAN MAHASISWA DALAM MENGEMBAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

A. Pendahuluan
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan jenjang terakhir dari hirarki pendidikan formal mempunyai tiga missi yang diemban yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat atau lebih dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tiga missi yang diembankannya tersebut bukanlah missi yang ringan untuk direalisasikan. Missi pendidikan di Perguruan Tinggi merupakan proses berlangsungnya pewarisan ilmu pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya, agar dengan demikian proses alih generasi juga diikuti dengan proses alih ilmu pengetahuan dalam arti luas. Kemudian untuk menghindari stagnasi ilmu pengetahuan yang berorientasi pada tuntutan zaman, maka dalam proses berlangsungnya pewarisan ilmu pengetahuan membutuhkan pengembangan konsep atau teori ke arah konsep atau teori yang lebih baik. Usaha pengembangan teori atau konsep dilaksanakan secara sistematis dan melalui prosedur ilmiah, kegiatan ini disebut penelitian.
Usaha pewarisan dan pengembangan ilmu pengetahuan oleh perguruan tinggi harus senantiasa memiliki pijakan dan relevansi dengan kondisi masyarakat. Usaha memformulasikan peran Perguruan Tinggi dalam dinamika masyarakat inilah yang lebih dikenal dengan nama pengabdian masyarakat.
Berdasarkan missi yang diembannya maka dapat dikatakan bahwa Perguruan Tinggi mempunyai dua peran, yaitu sebagai lembaga kajian dan sebagai lembaga layanan. Sebagai lembaga kajian maka Perguruan Tinggi mengembangkan ilmu sebagai proses, sedangkan perannya sebagai lembaga layanan menghasilkan ilmu sebagai produk.
Dalam posisi sebagai lembaga kajian dan lembaga layanan maka Perguruan Tinggi berfungsi sebagai konseptor, dinamisator dan evaluator pembangunan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Fungsi konseptor terwujud melalui produk ilmiah yang dihasilkannya. Melalui serangkaian tindakan imiah yang dilaksanakan, Perguruan Tinggi hendaknya mampu memprediksi kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan, tetapi pada saat itu juga memiliki kemampuan menyusun suatu teori atau konsep yang dibutuhkan pada masa kini.
Fungsi dinamisator secara langsung terlihat pada lulusan Perguruan Tinggi yang terdiri dari tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat berperan di dalam masyarakatnya. Sehingga tenaga-tenaga ahli tersebut dapat berperan sebagai dinamisator dalam laju pembangunan masyarakat. Banyaknya tenaga ahli lulusan Perguruan Tinggi yang terlibat dalam gerak pembangunan dimungkinkan timbulnya pemikiran-pemikiran baru, langkah-langkah inovatif yang konsepsional dan lahirnya aspirasi-aspirasi baru.
Selanjutnya fungsi evaluator dilakukan bersama-sama oleh segenap warga sivitas akademika di dalam Perguruan Tinggi, melalui penelitian terhadap berbagai dampak pembangunan. Dengan pengertian yang lebih luas maka Perguruan Tinggi hendaknya mampu bertindak sebagai pelopor pembaharuan dan modernisasi. Kemudian bersamaan dengan itu Perguruan Tinggi mampu pula bertindak sebagai agen perubahan sosial sekaligus sebagai pengawas sosial, sehingga dapat memberi warna terhadap arah laju perkembangan dan pembangunan masyarakat.
B. Upaya Meningkatkan Peran Mahasiswa
Untuk mewujudkan peran Perguruan Tinggi seperti yang diungkapkan di muka maka dalam proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi perlu dikembangkan kultur kebebasan mimbar (academic freedom culture).
Pengembangan kultur kebebasan mimbar tersebut diupayakan untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa. Dalam kehidupan Perguruan Tinggi, pemanfaatan mimbar ilmiah dalam meningkatkan kepekaan mahasiswa adalah tidak terlepas dari karakter khas dan fungsi Perguruan Tinggi itu sendiri yaitu membentuk insan akademik intelektualis yang dapat mempertanggungjawabkan kualitas keilmuannya dan membentuk insan akademis yang mengabdi (sensitif/ involve) terhadap masyarakat. Jadi ada dua manfaat yang mendasar dari mimbar ilmiah, pertama untuk meningkatkan kepekaan kualitas intelektual mahasiswa, dan kedua untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap masyarakat (lingkungannya).
Upaya mendasar agar aplikasi pemanfaatan mimbar ilmiah itu bisa terselenggara maka harus tercipta kultur kebebasan mimbar (academic freedom culture) yang didukung oleh semua komponen Perguruan Tinggi. Kultur kebebasan mimbar bisa terwujud jika didukung adanya kebebasan belajar (freedom to learn) dan kebebasan berkomunikasi (freedom to communication). Kedua kebebasan ini merupakan sisi dari kebebasan mimbar dan merupakan upaya yang tepat dalam meningkatkan kepekaan mahasiswa.



Freedom To Learn
Oleh karena implikasi Perguruan Tinggi tidak terlepas dari pengabdian masyarakat, maka kebebasan belajar (freedom to learn) harus diartikan secara luas, yaitu tidak hanya terbatas pada dinding-dinding kampus, akan tetapi juga kebebasan untuk mempelajari persoalan-persoalan yang ada di luar dinding-dinding kampus (masalah riil dalam masyarakat). Dan kebebasan untuk mempelajari masalah riil dalam masyarakat ini adalah fokus yang terlebih penting dalam mencetak mahasiswa yang betul-betul berurusan dengan masyarakatnya.
Adanya kebebasan belajar yang berimplikasi sosial (masyarakat), dilihat dari pengembangan intelektual adalah sangat menguntungkan. Hal ini dikarenakan ramuan ilmu yang dikonsumir oleh mahasiswa sebagian dari dunia luar yang kondisinya lain dengan apa yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sebagai konsekwensinya apabila konsep-konsep serta teori yang datang dari luar tersebut mau digunakan untuk memecahkan problem-problem kemasyarakatan Indonesia maka memerlukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya.
Dengan demikian mahasiswa dalam pengembangan intelektualnya tidak bisa berpaling dari masalah kemasyarakatan. Dan apabila keterlibatan mahasiswa dalam memahami masalah kemasyarakatan tidak dikembangkan maka ilmu-ilmu yang diterima di bangku kuliah akan menjadi pisau analisa yang tumpul. Alasan ini ditunjang oleh GBHN bahwa usaha pembinaan mahasiswa diarahkan agar berjiwa penuh pengabdian sera memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara, sehingga bermanfaat bagi usaha-usaha nasional dan pembangunan daerah.
Freedom To Communication
Setelah adanya kebebasan belajar (freedom to learn) sebagai langkah awal dari cara mempelajari persoalan-persoalan yang ada di lingkungan kampus dan masyarakat, maka untuk lebih meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam memperluas cakrawalan pemikiran dan penalaran, menumbuhkan sikap dinamis, kritis, terbuka dan mempunyai kemampuan untuk memilih alternatif terbaik diperlukan terciptanya cultur kebebasan berkomunikasi (freedom to communication).
Kebebasan berkomunikasi yang baik adalah adanya peluang mahasiswa untuk berpendapat, bertanya, berhak untuk melontarkan gagasan ilmiah secara obyektif serta kebebasan untuk penyebaran ilmu pengetahuan dan publikasi hasil-hasil penelitian kepada seluruh komponen Perguruan Tinggi dan terhadap lingkungan masyarakatnya.
Dalam rangka terwujudnya kebebasan berkomunikasi ini, maka perlu adanya hubungan kerjasama antara mahasiswa dengan komponen-komponen di lingkungan Perguruan Tinggi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, Pers, dan sebagainya. Sebab menciptakan kultur kebebasan mimbar ilmiah adalah merupakan tanggung jawab seluruh sivitas akademika Perguruan Tinggi.
Barangkali dengan pengertian freedom to learn dan freedom to communication tersebut mimbar ilmiah benar-benar dapat bermanfaat dalam meningkatkan kepekaan mahasiswa untuk mewujudkan peran Tri Dharma Perguruan Tinggi.

PENERJEMAHAN, LANGKAH PERTAMA UNTUK KEBANGKITAN INTELEKTUAL

Dr. Mulyadi Kartanegara dalam bukunya Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam (2002), memiliki harapan besar bahwa bangsa Indonesia bisa memainkan peranan intelektual yang vital dalam meraih apa yang disebut “renaissance ketiga”, karena memiliki aset yang sangat potensial dilihat dari keterbukaannya terhadap informasi dan pemikiran apapun yang datangnya dari luar. Menurut Doktor Filsafat lulusan Universitas Chicago Amerika Serikat ini, salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan penerjemahan karya-karya ilmiah sebanyak mungkin.
Almarhum Nurcholis Madjid juga pernah melontarkan pendapat senada, bahwa, dalam kondisi kita sekarang ini, jika kita tidak menerjemahkan, maka kita akan terisolasi secara intelektual. Ya, ketika kita berkaca pada sejarah kebangkitan tradisi intelektual peradaban-peradaban di dunia, maka pendapat bahwa gerak maju intelektualisme suatu bangsa dimulai dengan giatnya kegiatan penerjemahan, bukan lagi sekedar basa-basi. Bangkitnya intelektualisme Islam di abad pertengahan dengan semangat Al Qur’an dan Hadits, disertai pula dengan terciptanya iklim penerjemahan yang mapan. Para Khalifah di masa-masa keemasan Islam itu, baik Al Makmun dan cucunya, Harun Al-Rasyid di timur (Baghdad) maupun Amir Abdulrahman di barat (Andalusia) dikenal sebagai pemimpin yang aktif membangun dan membiayai lembaga-lembaga penerjemahan. Baitul Hikmah di Baghdad dan Maktabah Al-Hakam di Cordoba merupakan sedikit di antara sekian banyak pusat penerjemahan dan pusat kegiatan ilmiah para ilmuan dari berbagai agama dan golongan kala itu. Melalui lembaga-lembaga ini, karya-karya intelektual warisan Cina, India, Persia dan Yunani dialih bahasakan dengan baik ke dalam bahasa Arab oleh Hunain Ibn Ishaq, Al-Kindi, Al-Farabi dan Abu Utsman Al Dimasyki, untuk kemudian dikuliti, dibedah dan diambil sarinya sampai kemudian Islam mencatat sejarah gemilang intelektualisme sampai abad 14 M.
Demikian pula renaissance Eropa yang dimulai sejak abad 14 M hingga abad 16 M, dimulai dari kegiatan penerjemahan buku-buku karya intelektual muslim di Toledo dan Sisilia dari bahasa Arab ke bahasa Latin dan Ibrani oleh para penerjemah Latin dan Yahudi seperti Gudissalinus, Michael Scott dan Gerard of Cremona. Dari tangan mereka, kitab-kitab filsafat dan sains Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Farabi, Jabir Ibn Hayyan dan terutama ratusan komentar Ibnu Rusyd terhadap karya-karya Plato dan Aristoteles menyebar ke barat. Akhirnya melalui khazanah pemikiran yang banyak dan bervariasi ini, barat kemudian melaju dalam bidang filsafat dan sains seperti yang dapat kita saksikan sekarang ini.
Sejarah Penerjemahan Di Negeri Ini
Di abad 19 M, pemerintah Hindia Belanda bagaimanapun diskriminatifnya, telah mendirikan sekolah yang memiliki jurusan-jurusan bahasa, seperti sekolah militer di Semarang (1819), Institut Bahasa Jawa (1832) dan sekolah guru bumi putera atau Kweekschool di Surakarta (1832). Demikian pula sejak diterapkannya politik etis atau “politik penebus dosa” oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda A. W. F. Idenburg di awal abad XX, dan diadakan perbaikan di bidang pendidikan (educatie) yang membuka kesempatan bagi bumi putera untuk mengenyam pendidikan formal seperti di HIS (Hollands Inlandsce School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), AMS (Algemeene Middlebare School), maka pengajaran bahasa-sastra tetap menjadi perhatian penting. Sebagai contoh, di AMS jurusan A-1 diberi pelajaran sastra dan humaniora timur, sedangkan A-2 mempelajari klasik barat. Patut dicatat bahwa kualitas pengajaran bahasa di sekolah-sekolah ini cukup tinggi, sehingga tamatan AMS pada masa itu konon dipastikan dapat menguasai tidak hanya bahasa Belanda yang menjadi mata pelajaran wajib, tetapi juga bahasa-bahasa lain seperti Perancis, Inggris dan Jerman. Capaian penguasaan bahasa asing kala itu pun bukan semata terbatas pada percakapan (speaking) tetapi sudah sampai pada tahap pemakaian bahasa asing untuk keperluan literer yang mempuni (kegiatan membaca dan menulis). Penguasaan bahasa asing ini memungkinkan Soerkarno, Hatta, Syahrir, dan tokoh-tokoh seangkatannya dapat mengakses pemikiran tokoh-tokoh kelas dunia melalui buku-buku yang mereka baca langsung dari bahasa aslinya tanpa hambatan. Ini kemudian sangat penting dalam menginspirasi gerakan kebangkitan nasional yang kemudian mencapai Indonesia merdeka. Cukup puas dengan bahasa lisan. Entah mengapa, iklim pengajaran bahasa asing pasca kemerdekaan kemudian mengalami kemunduran, baik pada masa Orde Lama, Orde Baru sampai masuknya Era Reformasi. Bahasa Inggris yang minimal telah dipelajari selama enam tahun, mulai kelas satu SMP sampai tamat SMA, ditambah berbagai kursus, English Club dan bimbel (bimbingan belajar) belum sepenuhnya bisa membuat para tamatan sekolah kita fasih berbahasa asing baik secara lisan maupun tulisan. Banyak yang sudah merasa cukup dengan penguasaan bahasa lisan (speaking), sementara masih sangat kurang yang tertarik memperlakukan bahasa asing terutama bahasa Inggris, sebagai alat pengakses pengetahuan (reading-translation) yang tersebar di berbagai media massa terutama internet. Angka ini tentunya semakin sedikit jika kita menghitung jumlah orang yang menulis dalam bahasa Inggris. Walhasil, di tengah silang informasi yang berlangsung begitu cepat, penguasaan Bahasa Inggris lisan ternyata tidak memberikan pengaruh banyak terhadap kemajuan intelektual di negeri ini. Sebab bahasa Inggris dengan target “serendah itu” akan berhenti sebatas prasyarat formalitas melamar pekerjaan. Hal ini jelas tidak salah, tetapi tentunya masih sangat kurang, sebab penguasaan bahasa Inggris terbatas formalitas sehingga hanya akan membuat kita memperlakukan bahasa Inggris sebagai “barang antik” yang sesungguhnya tidak bisa dipergunakan sebagai alat pembuka kunci berbagai literatur dunia, misalnya literatur di dunia maya yang sekitar 80 persen ditulis dalam Bahasa Inggris. Maka boleh dikata bahwa kemampuan kita berbahasa asing, utamanya bahasa Inggris masih tertinggal jauh dari para founding fathers kita. Inilah barangkali salah satu penyebab Almarhum Romo Mangunwijaya sampai berkata bahwa, generasi kita jauh terbelakang dibanding generasi 28.
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan Penerjemah
Kita mengharapkan standar penguasaan bahasa asing di sekolah-sekolah dan universitas-universitas lebih ditingkatkan lagi dari sekedar sebagai bahasa percakapan (lisan), menjadi bahasa literer (membaca dan menulis), walaupun kita juga mengamini bahwa untuk sampai ke penguasaan bahasa lisan saja kita masih kesulitan dengan minimnya fasilitas dan kualitas tenaga pengajar. Oleh karenanya, kita mengharapkan agar pendidikan nonformal seperti kursus-kursus, bimbel dan berbagai study club, tidak semata menawarkan menu penguasaan terhadap bahasa percakapan tetapi juga bagaimana memahami teks-teks yang ditulis dalam bahasa Inggris (menerjemahkan) dan yang lebih baik lagi tentunya bagaimana bisa mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Hal ini sangat penting, mengingat sampai sejauh ini, lembaga yang menawarkan pengajaran untuk menjadi penerjemah terbilang masih kurang dan terkesan eksklusif, seperti Fakultas Sastera Universitas Indonesia. Di samping itu, kita sangat memerlukan media massa, baik elektronik maupun cetak, yang bisa berpartisipasi dalam membina penguasaan literasi bahasa Inggris dari tingkat pemula sampai advance. Sekali lagi, ini tentu bukan hal yang mudah, akan tetapi juga bukan hal yang mustahil. Jika sasaran kita adalah menciptakan sebuah iklim intelektual, jelas akan membutuhkan tidak hanya satu metode seperti penguasaan bahasa internasional yang mungkin tidak akan bisa tercapai dalam waktu yang singkat. Akan tetapi dengan mencontoh negara-negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris tetapi dapat mencapai taraf penggunaan bahasa Inggris dengan lebih baik seperti India, Malaysia dan Singapura, maka kita tidak syak kalau model-model pengajaran mereka mungkin bisa kita tiru. Di samping itu, penguasaan bahasa internasional dengan lebih mapan tentunya akan menambah pula grade kita di dunia internasional. Misalnya, dengan bersenjatakan bahasa, di tengah sempitnya lowongan kerja di dalam negeri, bukankah minimal calon tenaga kerja kita bisa lebih leluasa mencari pekerjaan di seluruh dunia. Dengan demikian maka penguasaan bahasa asing adalah kata kunci yang tidak bisa kita lupakan. Jika penguasaan keterampilan bahasa, terutama keterampilan menerjemahan, yang diyakini oleh Dr. Mulyadi Kartanegara sebagai tahapan penting untuk membawa bangsa ini kepada “renaissance ketiga”, maka mau tidak mau, hal ini harus menjadi fokus perhatian kita, sepanjang kita masih memiliki pikiran positif tentang Indonesia di masa depan. Bukankah sejarah negeri ini pun telah membuktikan bahwa, melalui penguasaan bahasa asing yang optimal, para fouding farthers telah mencapai taraf kesadaran intelektual mumpuni hingga membawa sejarah negeri ini kepada sederet revolusi mengagumkan dimulai dari kebangkitan nasional 1908, sumpah pemuda 1928, dan Proklamasi 1945.
Bagaimana hubungannya dengan “renaissance ketiga”?
Sederet “futurolog klasik” negeri ini seperti Jayabhaya, R.M Surjo Winarso, Peramal Madiun Kiai Samin Suro Sentiko, Peramal Surakarta Kiai Mas Ngabehi Mangunwidjaja, Peramal Yogyakarta Puspaningrat, dan Dr. Fazlur Rahman dari Malaysia sampai futurolog kenamaan Negeri Paman Sam, Alfin Toffler, pernah meramalkan bahwa, di abad 21, Asia tenggara, khususnya Indonesia, memiliki peranan besar dalam mewujudkan sebuah renaissance? Tentu kita berharap bahwa ini bukan sekedar ramalan, dan memajukan penerjemahan, adalah langkah pertama kita.

makalah yahudi

YAHUDI

Yahudiah (Yudaisme) adalah kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia. Kitab Suci agama Yahudi menuliskan Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham bahwa beliau dan cucu-cicitnya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman kepada Tuhan. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yakub. Dan karena Ishak dan Yakub berasal dari bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih. Penganut Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus, seperti mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah Allah melalui pemimpin mereka, Musa. Sinagoga merupakan pusat masyarakat serta keagamaan yang utama dalam agama Yahudi, dan Rabi adalah sebutan bagi mereka yang pakar dalam hal-hal keagamaan. Kata Yahudi diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitupula dengan keseluruh penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.

A. Hari-hari keagamaan

Keluarga merupakan hal yang utama dalam agama ini dan penganutnya yang setia akan bersembahyang setiap hari. Hari Sabtu merupakan hari utama yang biasa disebut hari Sabat. Antara Jumat sore sampai Sabtu sore mereka akan menyalakan lilin dan meminum anggur serta roti yang telah diberkati. Di samping Sabat, hari besar yang lain termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru) dan Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat). Kitab dan teks utama Kitab Ibrani disebut Tanakh dan terdiri dari 24 buku yang dihimpun dari 3 kumpulan: Torah atau Taurat (Pentateuch), Nevi’im (Para Nabi), Ketubim (Tulisan). Selain itu terdapat juga Talmud yang merupakan terjemahan serta komentar mengenai Torah dari para rabi dan cendekiawan undang-undang. Ini termasuk Mishnah dan Halakah (kode undang-undang masyarakat utama penganut agama Yahudi), Gemara, Midrash dan Aggadah (legenda dan kisah-kisah lama). Kabballah pula ialah teks lama yang berunsur mistik, dan menceritakan zat-zat Tuhan. Adat-adat dan undang-undang penganut Yahudi Kebanyakan penganut Yahudi mengikuti peraturan dalam memilih makanan yang tertulis di dalam Taurat yang melarang campuran susu dengan daging. Daging babi juga dilarang dalam agama Yahudi. Makanan yang disediakan harus menuruti undang-undang tersebut, dan daging harus disembelih oleh kaum Rabi, dinamakan kosyer. Anak laki-laki juga diharapkan untuk disunat (sewaktu masih bayi) seperti perjanjian nabi Ibrahim dengan Tuhan. Apabila seorang anak laki-laki mencapai kematangan dia akan dirayakan karena menjadi anggota masyarakat Yahudi dalam upacara yang dinamakan Bar Mitzvah. Setelah kematian seseorang, orang-orang Yahudi akan mengadakan satu minggu berkabung di mana mereka membaca Kaddish. Agama dan kemasyarakatan saling berkaitan di dalam masyarakat Yahudi. Misalnya pengambilan riba dianggap berdosa sesama kaum Yahudi, tetapi dibenarkan dengan mereka yang bukan Yahudi.

B. Permusuhan Yahudi Terhadap Islam Dalam Sejarah

Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini. Padahal pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengkataan perbatasan. Musuh-musuh islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana) hidup berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah dan mendirikan sebuah Negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi Negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama semenjak berdirinya Negara islam diMadinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam

Membangkitkan fitnah dan kebencian: Yahudi dalam upaya menghalangi dakwah islam menggunakan upaya menciptakan fitnah dan kebencian antar sesama kaum muslimin yang pernah ada di hati penduduk Madinah dari Aus dan Khodzraj pada masa jahiliyah. Sebagian orang yang baru masuk islam menerima ajakan Yahudi, namun dapat dipadamkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam . diantaranya adalah kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Siroh Ibnu Hisyam (2/588) ringkas kisahnya: Seorang Yahudi bernama Syaas bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis bareng dengan kaum Anshor, kemudian mengingatkan mereka tentang kejadian perang Bu’ats hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata-senjata masing-masing. Lalu hal ini sampai pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. maka beliau shallallahu ’alaihi wa sallam segera berangkat bersama para sahabat muhajirin menemui mereka dan bersabda:

يَا مَعْشَر المُسْلِمِيْنَ اللهَ اللهَ أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَ أَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ بَعْدَ أَنْ هَدَاكُمُ اللهُ لِلإِسْلاَمِ وَ أَكْرَمَكُمْ بِهِ وَ قَطَعَ بِهِ أَمْرَ الْجَاهِلِيَّةِ وَاسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِنَ الْكُفْرِ وَ أَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ

“Wahai kaum muslimin alangkah keterlaluannya kalian, apakah (kalian mengangkat) dakwah jahiliyah padahal aku ada diantara kalian setelah Allah tunjuki kalian kepada Islam dan muliakan kalian, memutus perkara Jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam serta menyatukan hati-hati kalian.” Lalu mereka sadar ini adalah godaan syetan dan tipu daya musuh mereka, sehingga mereka mengangis dan saling rangkul antara Aus dan Khodzroj. Lalu mereka pergi bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dengan patuh dan taat yang penuh. Lalu Allah turunkan firmanNya: Katakanlah: ”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan.” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. 3:99)

Menyebarkan keraguan pada diri kaum muslimin: Orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan di hati kaum muslimin yang masih lemah imannya dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran). (Qs. 3:72). Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan pernyataan: Ini adalah tipu daya yang mereka inginkan untuk merancukan perkara agama islam kepada orang-orang yang lemah imannya. Mereka sepakat menampakkan keimanan di pagi hari (permulaan siang) dan sholat subuh bersama kaum muslimin. Lalu ketika diakhir siang hari (sore hari) mereka murtad dari agama Islam agar orang-orang bodoh menyatakan bahwa mereka keluat tidak lain karena adanya kekurangan dan aib dalam agama kaum muslimin.

Memata-matai kaum Muslimin: Ibnu Hisyam menjelaskan adanya sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam untuk memata-matai kaum muslimin dan menukilkan berita Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan yang ingin beliau lakukan kepada orang Yahudi dan kaum musyrikin, diantaranya: Sa’ad bin Hanief, Zaid bin Al Lishthi, Nu’maan bin Aufa bin Amru dan Utsmaan bin Aufa serta Rafi’ bin Huraimila’. Untuk menghancurkan tipu daya ini Allah berfirman:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata:”Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka):”Marilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Qs. 3:118-119)

Usaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam: Orang Yahudi tidak pernah henti berusaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, diantaranya adalah kisah yang disampaikan Ibnu Ishaaq bahwa beliau berkata: Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shurie dan Syaas bin Qais saling berembuk dan menghasilkan keputusan berangkat menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Lalu mereka menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Muhammad engkau telah tahu kami adalah ulama dan tokoh terhormat serta pemimpin besar Yahudi, Apabila kami mengikutimu maka seluruh Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami. Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah boleh kami berhukum kepadamu lalu engkau adili dengan memenangkan kami atas mereka? Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam enggan menerimanya. Lalu turunlah firman Allah: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Qs. 5:49). Semua usaha mereka ini gagal total dihadapan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan Allah membalas makar mereka ini dengan menimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan. Marhalah kedua: Masa perang senjata antara Yahudi dan Muslimin di zaman Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

Orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum muslimin semata bahkan merekapun menampakkan diri bergabung dengan kaum musyrikin dengan menyatakan permusuhan yang terang-terangan terhadap islam dan kaum muslimin. Namun Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tetap menunggu sampai mereka melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat diMadinah. Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan tindakan militer untuk menghadapi mereka dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Diantara keputusan penting tersebut adalah:
1. Pengusiran Bani Qainuqa’
2. Pengusiran bani Al Nadhir
3. Perang Bani Quraidzoh
4. Penaklukan kota Khaibar
Setelah terjadinya hal tersebut maka orang Yahudi terusir dari jazirah Arab.
Marhalah ketiga: Tipu daya dan makar mereka terhadap islam setelah wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Orang Yahudi memandang tidak mungkin melawan Islam dan kaum muslimin selama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk membuat makar kembali terhadap Islam dan muslimin. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya mereka untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Namun tentunya mereka lakukan dengan lebih baik dan teliti dibanding sebelumnya. Sebagian target mereka telah terwujud dengan beberapa sebab diantaranya:
1. Kaum muslimin kehilangan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
2. Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari usaha-usaha mereka terdahulu sehingga dapat menambah hebat makar dan tipu daya mereka.
3. Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan memata-matai kaum muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum muslimin.
Memang berbicara tentang tipu daya dan makar Yahudi kepada kaum Muslimin sejak wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hingga kini membutuhkan pembahasan yang panjang sekali. Namun rasanya cukup memberikan 3 contoh kejadian besar dalam sejarah Islam untuk mengungkapkan permasalahan ini. Yaitu:

1. Fitnah pembunuhan khalifah UtsmanIni adalah awal keberhasilan Yahudi dalam menyusup dan merusak Islam dan kaum muslimin. Tokoh yahudi yang bertanggung jawab terjadinya peristiwa ini adalah Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu Sauda’. Kisahnya cukup masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam.
2. Fitnah Maimun Al Qadaah dan perkembangan sekte Bathiniyah. Keberhasilan Abdullah bin Saba’ membuat fitnah di kalangan kaum Muslimin dan mengajarkan saba’isme membuat orang Yahudi semakin berani. Sehingga belum habis fitnah Sabaiyah mereka sudah memunculkan tipu daya baru yang dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dieshaan Al Qadaah dengan membuat sekte Batiniyah di Kufah tahun 276 H. Imam Al Baghdadi menceritakan: Diatara orang yang membangun sekte Bathiniyah adalah Maimun bin Dieshaan yang dikenal dengan Al Qadaah seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Al Shodiq yang berasal dari daerah Al Ahwaaz dan Muhammad bin Al Husein yang dikenal dengan Dandaan. Mereka berkumpul bersama Maimun Al Qadah di penjara Iraaq lalu membangun sekte Bathiniyah.Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dalam bentuk yang beraneka ragam sehingga sekte ini berkembang menjadi banyak sekali sektenya dalam kaum muslimin, sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahrom dan hilangnya kewajiban syariat pada seseorang.
3. Penghancuran kekhilafahan Turki Utsmani ditangan gerakan Masoniyah dan akibat yang ditimbulkan berupa perpecahan kaum muslimin.Orang Yahudi mengetahui sumber kekuatan kaum muslimin adaalh bersatunya mereka dibawah satu kepemimpinan dalam naungan kekhilafahan Islamiyah. Oleh karena mereka segera berusaha keras meruntuhkan kekhilafahan yang ada sejak zaman Khulafa’ Rasyidin sampai berhasil menghapus dan meruntuhkan negara Turki Utsmaniyah. Orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah pada masa sultan Murad kedua (tahun 834-855H) dan setelah beliau pada masa sultan Muhammad Al Faatih (tahun 855-886H) yang meningal diracun oleh Thobib beliau seorang Yahudi bernama Ya’qub Basya. Demikian juga berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al Qanuni (tahun 926-974H) dan para cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama Nurbaanu. Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung di masa kekhilafahan Utsmaniyah lebih dari 400 tahunan hingga runtuhnya di tangan Mushthofa Ataturk.






Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya mereka menggunakan kekuatan berikut ini:

1. Yahudi Al Dunamah. Diantara tokohnya adalah Madhaat Basya dan Mushthofa Kamal Ataturk yang memiliki peran besar dan penting dalam penghancuran kekhilafahan Utsmaniyah.
2. Salibis Eropa yang sangat membenci islam dan kaum muslimin dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan beberapa Negara eropa yaitu Bulgaria, Rumania, Namsa, Prancis, Rusia, Yunani dan Italia.
3. Organisasi bawah tanah/rahasia, khususnya Masoniyah yang terus berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis.

C. Kompetensi Yahudi

Rasulullah dan sahabatnya memiliki kompetensi yang luar biasa. Mulai dari tabligh, amanah, fathonah dan Sidiq. Yahudi justru kebalikannya. Yaitu memiliki kompetensi inti yang membawa kepada kerusakan, perkelahian dan kehancuran.

1. Iri dan dengki.

Karakter dan kompetensi khas Yahudi adalah iri dan dengki. Allah swt berfirman: “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat muika sesudah (mendapat) kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan” (QS Al Baqarah [2]:90). Menurut tafsir Depag yang dimaksud adalah karena Allah menurunkan wahyu (kenabian) kepada Muhammad saw. Kemudian mereka, Yahudi, mendapat kemurkaan yang berlipat-ganda. Yaitu kemurkaan karena tidak beriman kepada Muhammad saw dan kemurkaan yang disebabkan perbuatan mereka dahulu, yaitu membunuh nabi, mendustakannya, merobah-robah isi Taurat dan sebagainya. Senada dengan itu adalah pendapat imam Ibnu Katsier. Beliau berkata, “Orang Yahudi telah memilih untuk diri mereka kafir kepada Nabi Muhammad saw, karena hasad dan iri hati. Sebab Allah menurun-kan karunia berupa kenabian dan wahyu kepada seorang dari bangsa Arab. Untuk itu mereka kembali mendapat murka Allah. Yaitu ketika mereka menyembah anak sapi lalu kafir terha-dap nabi Muhammad saw. Atau karena kafir terhadap nabi Isa as dan kafir terhadap nabi Muhammad saw dan Al Qur’an“.

2. Membunuh dan mengusir kaumnya sendiri.

Yahudi adalah pembunuh berdarah dingin. Mereka siap membunuh siapa saja orang diluar kelompoknya. Bahkan sesama Yahudi juga saling usir dan saling membunuh. Tak terkecuali kepada para utusan Allah yang hadir di tengah-tengah mereka untuk memberikan bim-bingan dan petunjuk ke jalan yang lurus. Allah swt berfirman: “Dan (ingatlah), ketika kalian berkata: ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata: ‘Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai peng-ganti yang lebih baik ? pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) Karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas” (QS. Al Baqarah [2]: 61)

3. Bakhil, Pelit dan Medit.

Yahudi adalah manusia yang sangat loba. Sangatcinta kepada dunia sehingga mereka ingin hidup ribuan tahun lamanya, Allah swt berfirman: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umurpanjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan“. (QS Al-Baqarah [2]: 96).
Menurut Imam Al Qurthudi dan Imam Ibnu Katsier yang dimaksud dengan mereka (hum) adalah Yahudi. Dengan demikian sangat tegas dan jelas bahwa Yahudi adalah orang-orang yang rakus, loba, pelit dan medit. Yaitu orang-orang yang ingin hidup terus serta kafir dengan hari kebangkitan atau hari kiamat. Padahal hal ini merupakan salah pondasi dari keimanan.

4. Pendusta

Yahudi adalah bohong kelas wahid. Mereka menyembunyikan kebenaran. Menukar yang hak dengan yang bathil. Mengubah ayat-ayat Allah serta menju-alnya dengan harga yang murah, Allah swt berfirman: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui“. (QS Al Baqarah [2]: 42) Di dalam ayat lain, Allah swt berfirman: “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (QS Al Baqarah [2]: 75). Menurut tafsir Depag, yang dimak-sud ialah nenek-moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu Taurat itu diubah-ubah oleh mereka, di antaranya sifat-sifat nabi Muhammad saw yang tersebut dalam Taurat itu.






5. Pengkhianat.

Mereka juga terkenal sebagai makhluk yang suka berkhianat dari dulu
hingga hari ini. Mereka mengkhianati perjanjian Madinah yang disepakati
bersama antara Rasulullah, muhajirin, Anshar dan penduduk Madinah lainnya.
Contohnya mereka mengkhianati pasal 45 dan 47 Piagam Madinah yang ber-
bunyi, “Orang-orang Yahudi bekerjasama dengan kaum muslimin dalam mengumpulkan biaya perang, selama terjadi peperangan. Mereka saling tolong menolong dalam menghadapi orang-orang yang memerangi isi perjanjian“. Tapi apa balasan Yahudi. Ternyata mereka bersekongkol dengan musyrikin Quraisy untuk mencelakakan Rasulullah saw beserta sahabatnya dalam perang ahzab. Para tokoh Yahudi berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum musyrikin Ourasy melancarkan perang terhadap Rasulullah. Tokoh-tokoh Yahudi berkata, “Kami akan berperang bersama-sama kalian hingga berhasil menghancurkannya“.

Lebih parah lagi, para pendeta Yahudi berusaha keras meyakinkan penyembah berhala bahwa berperang melawan Muhammad saw adalah kebenaran yang harus dilaksanakan. Mereka menyatakan kepercayaan orang-orang Ourasy jauh lebih baik daripada agama Islam. Dan tradisi-tradisi jahiliyyah lebih baik daripada ajaran-ajaran Al Qur’an. Tentu saja musyrikin Qurasy menyambut gembira uluran tangan Yahudi.
Mereka juga berkhianat kepada nabi Musa as dan Allah swt. Sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling“. (QS. Al-Baqarah [2]: 83).

Tapi apa yang dilakukan Yahudi ? Justru mereka menyembah anak sapi (’ijla). Saling mengusir, saling menawan, berperang dan saling membunuh diantara mereka, Allah swt berfirman: “Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, Kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya “. (QS Al Baqarah [2]: 84).

6. Provokator

Mereka juga terkenal sebagai provokator yang ulung. Para pembesar dan pendeta mereka senang mengadu domba dan mencaci maki Rasulullah saw beserta sahabatnya. Diantaranya adalah sikap Huyayyi bin Akhtab dan Yasir bin Akhtab yang sangat dengki dengan kaum muslimin dan berusaha memurtadkan orang-orang yang telah beriman.
Namun kejahatan gembong Yahudi tersebut dibongkar oleh Allah swt sebagai-mana firman-Nya: “Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu behman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran“. (Al-Baqarah 109). Belum lagi provokasi mereka dalam bentuk ejekan kepada Rasulullah, Al Qur’an dan Al Islam. KH. Moenawar Khalil mencatat ada 25 kasus provokasi yang dilakukan oleh para pendeta dan kaum Yahudi.

7. Pengecut

Bangsa Yahudi sebenarnya adalah bangsa pengecut, pembual dan bermulut besar. Mereka adalah penakut. Sayang hari ini justru umat Islam takut sama Yahudi. Akibatnya kini umat Islam taklukdi bawah ketiak Yahudi. Baik dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial, seni, budaya dan sistem informasi, apalagi militer. Allah swt berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka Berkata kepada seorang nabi mereka: ‘Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah’. nabi mereka menjawab: ‘Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang’. mereka menjawab: ‘Mengapa kami tidak mau berperang dijalan Allah, padahal Sesungguhnya kami Telah diusir dari anak-anak kami?’. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang zalim“. (QS Al-Baqarah [2]:246).
Yang dimaksud seorang raja disini adalah Samuil. Raja yang lurus dan mengajak bani Israil untuk mengesakan Allah swt, yaitu kembali kepada ajaran nabi Musa as serta membebaskan mereka dari penindasan orang-orang Mesir.

D. Lahirnya Kitab Suci Yahudi

Kitab Suci Yahudi yang kini dipergunakan adalah berdasarkan atas teks MASSORAH. Renaissance dari Yudaisme baru timbul ketika orang-orang Yahudi bebas menjalankan agamanya di bawah kekuasaan Muslimin. Karenanya ulamanya tidak lagi berbahasa Aramiya atau dialek Kildani, apalagi menulisnya, mereka tidak dapat membaca aneka Kitab Sucinya. Oleh sebab itu mereka hanya mengikuti tradisi lisan secara turun-temurun. Terpengaruh oleh peradaban, kebudayaan dan philology Arab, para ulama Yahudi berkumpul untuk berusaha memelihara Kitab Sucinya, yang diawali di Tiberias antara abad ke VI dan abad ke IX, dengan mencoba-coba menghidupkan huruf-huruf mati dan memberi titik-titik pada huruf yang bentuknya sama tetapi ucapannya lain. Usaha ini diakhiri pada abad ke XI. Terjemahan yang terbaru, yang dibantu oleh aneka saduran yang terlebih dahulu dan musyawarah dengan ahli-ahli Yahudi, ini digunakan baik oleh ORTODOX maupun REFORM JEWS yang tersebar di seluruh dunia.

Setelah dibentuknya Persemakmuran Yang Kedua di bawah pimpinan Ezra dan Nehemiah (lihat Kitab Nehemiah 8:8 dan 13:24), nyatalah betapa wajibnya TORAH itu ditafsir agar semua orang dapat mengerti Kalam Tuhan. Para guru melihat tafsiran ini sebagai sumber dari Tafsiran Aramiya Kuna yang dikenal dengan nama TARGUM, yang semula disampaikan secara lisan dan kemudian secara tertulis. Hal ini membuktikan bahwa Bani Israel telah lupa akan bahasa Aramiya atau dialek Kanaanit Kuna, yakni idiom yang digunakan di bagian besar dari Asia Barat. Semua ini agak gelap seperti seluruh sejarah Yahudi selama kekuasaan Persia (Iran). Septuaginta, yakni terjemahan Greka (Yunani) adalah hasil dari kontak Israil dengan peradaban Hellenistic yang menguasai dunia pada masa itu; sedangkan terjemahan bahasa Arab dilakukan oleh Gaon Saadya ketika banyak orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan Muslimin, dan terjemahan Jerman dibuat oleh Mendelssohn dan madzhabnya pada permulaan dari suatu zaman baru yang membawa orang-orang Yahudi ke Eropa, di mana mereka itu berbicara suatu dialek Jerman, yakni Yuddish.

Antara aneka terjemahan terdapat banyak keragu-raguan dan perbedaan pendapat. Misalnya Philo dan orang-orang Iskandariya, yang seagama dengannya melihat terjemahan Septuaginta sebagai suatu karya dari lebih kurang 70 orang yang diilhami, sedangkan para Rabbani Palestina berpendapat bahwa Torah tidak dapat diterjemahkan. Ada cukup bukti bahwa akibat dari aneka terjemahan itu kurang disukai, tetapi awam terima saja dengan baik dari pada tidak faham sama sekali. Perubahan terjadi selama dua generasi terakhir setelah kontak dengan peradaban yang berbahasa Inggris. Para penterjemah ke dalam bahasa Inggris, baik di U.S.A., maupun di Inggris sendiri, ada banyak sekali. Dan tahun 1892-1901, Jewish Publication Society of America membuat terjemahan baru. Pada tahun 1908 badan tersebut bersama Central Conference of American Rabbis mengeluarkan terjemahan lebih baru di mana diperhatikan aneka saduran; baik yang baru maupun yang kuna; teristimewa Septuaginta, saduran-saduran dari Aquila, Symmachus dan Theodotion, Targum-Targum, Pesyitta, Vulgata dan saduran Arab dan Saadya, juga sindiran-sindiran dari tafsiran-tafsiran Yahudi dan para ahli pada abad pertengahan. Pokoknya, Yahudi tidak mau menerima interpretasi Kristen dan aneka terjemahan bukan Yahudi (GOYIM) berada dalam Kitab Suci Yahudi, walaupun mereka berhutang budi atas karya-karya terdahulu yang dilaksanakan oleh Goyim, seperti oleh WYCLIFFE, TYNDALE, COVERDALE dan sebagainya, sedangkan Vulgata, saduran Inggris dan Douai, tetap digunakan orang-orang Katholik Romawi. Adapun teks dan susunan Kitab-kitab Suci terjemahan, yang sekarang menuruti tradisi Yahudi, terbagi atas tiga juz, yakni:

1. HUKUM (Law, Torah, Pentateuchos),
2. NABI-NABI (Prophets, Nebi'im), dan
3. TULISAN-TULISAN (Writings, Ketubim ).

Dalam Nebi'im dan Ketubim, susunan Kitab-kitabnya berbeda-beda dalam tulisan atau antara para ahli Yahudi; namun demikian tidak ada kitab yang dipindahkan dari juz-juznya. Misalnya Kitab-kitab Rut, Nudub Yermia dan Daniel terdapat di juz Ketubim, dan tidak di juz Nebi'im seperti halnya dalam saduran-saduran Goyim. Yang pertama mengatur segala-galanya, jumlah hurufnya dan seterusnya serta pengumpul semua catatan-catatan yang dikenal sebagai MASORAH, adalah Yakob ben Haim Ibn Adoniyah, penerbit dari Kitab Suci Rabbani yang kedua. Kini ada banyak ulama yang bekerja dalam bidang ini seperti misalnya Wolf Heidenheim, S. Frensdorff, S. Baer dan C.D. Ginsburg; teks yang terakhir ini banyak digunakan di Synagoge. Karena penterjemahnya bukan penyalin suatu teks, maka para Rabbani menemukan 18 tempat di mana penulis dengan sengaja merubah teks dengan dalih agar dapat difahami orang. Orang-orang Yahudi Samaritan hanya menggunakan Torah dan menolak Nebi'im dan Ketubim. Mereka lebih tekun akan ajaran Nabi Musa a.s. dalam kepercayaannya dari pada orang-orang Yahudi yang meninggalkan ajaran-ajaran kuna dari Israel. Orang-orang Katolik, baik Gereka maupun Romawi, dan para apostel Hellennist berpegang pada Septuaginta; sedangkan orang Reformist, yakni Protestan, pada terjemahan yang dipergunakan di Synagoge Askenazim.

E. kenapa yahudi pintar.

Kita mungkin pernah mendengar ungkapan “Dasar Otak Yahudi”. Makna ungkapan tersebut adalah dalam Konteks memuji kecerdasan dan kebrilianan otak orang yahudi. Kita sudah mahfum bahwa selama ini dikalangan masyarakat sudah berkembang paradigma yang menganggap bahwa yahudi adalah suatu ras yang mempunyai kelebihan dalam hal kecerdasannya. Tapi benarkah demikian ? apakah memang demikian Tuhan menciptakan? Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana . Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?" Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin. Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika. Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?” Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),” ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.



F. Kekejian Yahudi
Sesungguhnya Islam adalah agama Allah yang kokoh, Dia tidak menerima agama selainnya dari seseorang. Menggabungkan di antara ilmu dan amal. Pertengahan di dalam ibadah dan i'tiqad. Benar dalam berita. Adil dalam hukum. Beberapa golongan telah menyimpang dari jalan yang terang, dikalahkan oleh kesombongannya atau kebodohannya. Melewati jalan yang gelap, menelusuri jurang yang gersang. Sunnatullah terus berlalu dalam menyingkap tutupan-Nya dari orang-orang yang zalim, sekalipun setelah beberapa kurun waktu. Firman Allah:
وَكَذَلِكَ نفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ .
Dan demikianlah Kami menerangkan ayat-ayat al-Qur'an. (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (QS. al-An'aam:55)
Yahudi adalah agama yang paling sesat, nampak dalam agamanya kepincangan dan kekurangan. Allah telah menjelaskan dalam kitab-Nya tentang keadaan mereka secara jelas dan mendetail (panjang lebar), secara isyarat dan ringkas, dalam beberapa ayat. Dan Dia menyebutkan sifat mereka secara sesuai lagi adil. Memberikan peringatan dari kejahatan mereka dan meletakkan mereka di barisan utama musuh-musuh kaum mukminin.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (QS. al-Maidah:82)
Mereka menghadapi Islam dengan rasa permusuhan, mengasuh sifat nifaq dan orang-orang munafik, mendorong orang-orang musyrik dan berkonspirasi bersama mereka menghadapi kaum muslimin. Umat Islam terbakar dengan api permusuhan dan tipu daya mereka. lisan orang-orang bodoh dari mereka terlalu berani terhadap Pencipta mereka. Nabi mereka telah menggabungkan untuk mereka di antara perintah dan larangan, berita gembira dan ancaman, lalu mereka membalasnya dengan balasan terburuk. Mereka bersamanya di tempat yang paling luas dan paling indah udaranya. Atap mereka yang menaungi mereka dari terik matahari dan awan. Makanan mereka adalah salwa, yaitu burung yang paling enak rasanya. Minuman mereka adalah dari madu. Dari dalam batu, terpancar dua belas mata air untuk mereka. Dan mereka justru meminta gantian dengan sesuatu yang lebih rendah dari itu. Mereka meminta bawang putih, bawang merah, adas dan timun. Dan hal ini adalah karena kurangnya akal mereka dan pendeknya pemahaman mereka. Mereka meyakini bahwa kebenaran adalah bersama keras dan kesempitan atas mereka.
Mereka ditawarkan Taurat lalu tidak mau menerimanya. Maka Allah menyuruh Jibril, lalu ia mencabut gunung dari akarnya menurut ukuran mereka, kemudian mengangkatnya di atas kepala mereka. lalu dikatakan kepada mereka: jika kamu tidak mau menerimanya niscaya kami melemparkannya kepadamu, maka mereka menerimanya dengan terpaksa. Firman Allah:
وَإِذ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّواْ أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُواْ مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُواْ مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka):"Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu,serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa". (QS. al-A'raaf:171)
Dan ketika Nabi Muhammad dibangkitkan, mereka mendorong manusia untuk berbuat jahat dan membunuhnya. Mereka menyakitinya dan melakukan konspirasi untuk membunuh dan mencelakainya beberapa kali. Mereka berencana menjatuhkan batu besar atasnya di perkampungan Bani Nadhir dari atas rumah yang beliau duduk di bawahnya, lalu datanglah kepadanya berita dari langit. Mereka memberi hadiah kepadanya kambing panggang yang mengandung racun. Lalu beliau mencicipinya sedikit dan merasakan dampaknya hingga wafatnya. Mereka melakukan tipu daya dan menyihirnya, sehingga dibayangkan kepadanya bahwa dia melakukan sesuatu padahal dia tidak melakukan. Lalu Allah mencukupkannya dan membebaskannya dari hal itu.
Yahudi mengingkari nikmat dan karunia Allah. Jika engkau berbuat baik kepada mereka, niscaya mereka berbuat jahat. Dan jika engkau memuliakan mereka, niscaya mereka sombong. Allah telah menyelamatkan mereka dari tenggelam bersama nabi Musa, lalu mereka tidak bersyukur kepada Allah, bahkan mereka meminta kepada nabi Musa karena enggan dan sombong agar dia menjadikan tuhan untuk mereka selain Allah. Mereka menyembah Allah menurut keinginan mereka. Mereka tidak memhormati para nabi. Mereka berkata kepada nabi: 'Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami melihat Allah  dengan mata kepala kami secara nyata,

Mereka menghancurkan bangsa dan personal dengan riba, bersenang-senang dengan memakan riba, menguras kekayaan kaum muslimin dengan menghancurkan ekonomi mereka, memasukkan yang diharamkan di dalam transaksi mereka, menyerang kaum muslimin dengan membangkrutkan mereka, berusaha menjadikan mereka fakir, menguasai yang lain terkadang dengan kesombongan dan di saat yang lain dengan merendahkan mereka, mereka besar terhadap kaum muslimin saat lemahnya mereka dan hina saat mereka kuat. Dalam jiwa mereka tertanam bahwa mereka adalah rakyat Allah  yang terpilih dan selain mereka adalah pelayan mereka, dan mereka (selain Yahudi) diciptakan untuk melayani mereka.
Mereka mengajak kepada kebebasan dan kerusakan, serta menutup diri di bawah slogan tipuan seperti kebebasan dan persamaan, kemanusiaan dan persaudaraan, mereka menghancurkan pemuda muslim, memperdayanya dengan wanita dan kehinaan. Mereka menfitnah dengan wanita dan berusaha membentuk satu generasi muslim yang kosong, tidak mempunyai akidah, tidak punya dasar, tidak ada akhlak dan kesopanan, mencemari akal generasi baru dengan menanamkan kenikmatan, terkadang dengan yang dilihat, dan terkadang dengan yang tidak dilihat. Mereka iri terhadap wanita muslimah di atas hijab dan perasaan hayanya, dan mengajaknya membuka hijab dan membebaskannya dari nilai-nilainya, dan mereka menghiasi baginya agar sama dengan wanita mereka dalam pakaian dan pergaulannya, agar memalingkannya dari fitrahnya. Mereka menghiasi para pemuda dan pemudi dengan syahwat, agar semua terlepas dari agama dan nilai-nilainya, maka ia tetap tertawan untuk nafsu syahwat dan kenikmatan. Firman Allah:
وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَاداً وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (QS.al-Maidah :64)
Dan sesudah itu, ini adalah sifat-sifat dalam tipuan syetan dan permainannya dengan umat yang dibenci. Seorang muslim yang baik mengenal kadar nikmat Allah  atasnya dan nikmat hidayah yang telah dikaruniakan-Nya, dan sifat nenek moyang Yahudi di masa lalu yang diikuti oleh anak cucunya saat ini. Berbuat zalim di tanah suci, mengusir dari tempat tinggal, meruntuhkan rumah, membunuh anak kecil, bertindak zalim terhadap orang-orang tidak berdosa, menguasi milik orang, membatalkan janji, menipu dalam perjanjian, merendahkan kaum muslimin, menodai kehormatan mereka. dan sesungguhnya umat yang bersifat penakut dan takut bertemu musuh sangat pantas dengan kemenangan kaum muslimin atas mereka. Kaum muslimin wajib membantu saudara-saudara mereka di bumi yang penuh berkah itu, menyatukan barisan dan menghindari perbedaan, serta terus berdoa untuk mereka. Dan sejak terjadinya malapetaka ini lebih dari setengah abad yang lalu, dan untuk negeri ini terdapat sikap-sikap yang terpuji dalam sejarah untuk membebaskan Masjidil Aqsha, agar kaum muslimin menikmati shalat di dalamnya, sebagaimana mereka menikmati shalat di Haramain

Rabu, 19 Mei 2010

P K T......P M I I

Paradigma Kritis Transformatif (PKT ) yang diterapkan di PMII? terlihat bahwa PKT sepenuhnya merupakan proses pemikiran manusia, dengan demikian dia adalah sekuler. Kenyataan ini yang membuat PMII dilematis, karena akan mendapat tuduhan sekuler jika pola pikir tersebut diberlakukan. Untuk menghindari dari tudingan tersebut, maka diperlukan adanya reformulasi penerapan PKT dalam tubuh warga pergerakan. Dalam hal ini, paradigma kritis diberlakukan hanya sebagai kerangka berpikir dan metode analisis dalam memandang persoalan. Dengan sendirinya dia tidak dilepaskan dari ketentuan ajaran agama, sebaliknya justru ingin mengembalikan dan memfungsikan ajaran agama sebagaimana mestinya.

PKT berupaya menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari belenggu, melawan segala bentuk dominasi dan penindasan, membuka tabir dan selubung pengetahuan yang munafik dan hegemonik. Semua ini adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Islam. Oleh karenanya pokok-pokok pikiran inilah yang dapat diterima sebagai titik pijak penerapan PKT di kalangan warga PMII. Contoh yang paling kongkrit dalam hal ini bisa ditunjuk pola pemikiran yang menggunakan paradigma kritis dari beberapa intelektual islam, diantaranya Hassan Hanafi dan Arkoun. MENGAPA PMII MEMILIH PARADIGMA KRITIS TRANSFORMATIF ?“Berpikir Kritis & Bertindak Tansformatif” itulah Jargon PMII dalam setiap membaca tafsir sosial yang sedang terjadi dalam konteks apapun. Dan ada beberapa alasan yang menyebabkan PMII harus memiliki Paradigma Kritis Transformatif sebagai dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran serta menyusun cara pandang dalam melakukan analisa terhadap realitas sosial. Alasan-alasan tersebut adalah:

1. Masyarakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme modern, dimana kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu budaya massa kapitalisme dan pola berpikir positivistik modernisme.
2. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk/plural, beragam, baik secara etnis, tradisi, kultur maupun kepercayaan (adanya pluralitas society).
3. Pemerintahan yang menggunakan sistem yang represif dan otoriter dengan pola yang hegemonik (sistem pemerintahan menggunakan paradigma keteraturan yang anti perubahan dan pro status quo)
4. Kuatnya belenggu dogmatisme agama, akibatnya agama menjadi kering dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan dan upaya penegakan nilai kemanusiaan.

Beberapa alasan mengenai mengapa PMII memilih Paradigma Kritis Tansformatif untuk dijadikan pisau analisis dalam menafsirkan realitas sosial. Karena pada hakekatnya dengan analisis PKT mengidealkan sebuah bentuk perubahan dari semua level dimensi kehidupan masyarakat (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan dll) secara bersama-sama. Hal ini juga tercermin dalam imagened community (komunitas imajiner) PMII yang mengidealkan orientasi out-put kader PMII yang diantaranya adalah : Intelektual Organik, Agamawan Kritis, Profesional Lobbiyer, Ekonom Cerdas, Budayawan Kritis, Politisi Tangguh, dan Praktisi Pendidikan yang Transformatif.

Selasa, 18 Mei 2010

Berlangganan Artikel

Berlangganan artikel atau sering disebut dengan Subscribe merupakan fitur layanan kepada pengunjung agar bisa mengikuti perkembangan juga pembaharuan yang terjadi pada suatu blog. Berupa pemberitahuan adanya postingan terbaru dengan mengirimkan kepada e-mail si pelanggan. Layanan ini lumayan penting buat pengunjung yang ingin mendapatkan informasi terkini dari blog tersebut apalagi kalau blog tersebut berisi tentang tutorial, tips dan trik yang mereka minati. Misalnya blog yang menyediakan tutorial, tips dan trik ngeblog maupun bisnis online. Berlangganan artikel ini sangat di sarankan bagi yang masih newbie atau disebut juga orang yang baru menceburi dunia perbloggeran, karena ia akan mengikuti terus tutorial, tips & triks untuk sukses di dunia blogger, dan tidak tertutup juga untuk orang yang telah lama di dunia perbloggeran.

Fitur ini selain menguntungkan pelanggan, juga menguntungkan bagi penyedia layanan. Mengapa saya katakan demikian ? sebagai contoh : kita ambil lagi blog yang memberikan tutorial, tips dan triks ngeblog. Jika ada yang berlangganan artikel, maka setiap kali melakukan postingan, maka postingan itu akan terkirim ke e-mail pelanggan dan otomatis ia akan membuka dan menuju postingan tersebut, dan itu merupakan keuntungan bagi penyedia layanan karena mendapatkan traffic guna meningkatkan page rank maupun kepopuleran suatu blog.

Setelah kita membaca panjang lebar pengertian dan maksud untuk membuat fitur berlangganan artikel tersebut, mungkin anda sudah tidak sabar lagi untuk langsung mempraktekkannya. Seperti biasa baca, pahami secara serius dan langsung praktekkan apa yang di berikan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Kunjungi situs http://www.feedburner.com

2. Jika anda belum mempunyai acount feedburner silakan daftar terlebih dahulu, dan bagi yang telah memiliki acount feedburner silakan login dengan username dan pasword anda,

3. Masukkan url blog kamu pada kolom dibawah bacaan "Burn a feed right this instant" kemudian klik "Next" dan anda akan dibawa ke halaman berikutnya. Biarkan di posisi tersebut kemudian klik "Next" --> "Next" lagi ---->

4. Pilih "Publicize" kemudian klik "Email Subscriptions"

5. Klik "Activate" --->> "Save"

Maka akan muncul halaman baru yang menyediakan kode html, yaitu kode yang digunakan untuk menampilkan widget "Email Subscriptions" atau "Berlangganan Artikel" tersebut. Untuk memasukkan kode tersebut pada blog ikuti petunjuk disini.

Mau Berlangganan Artikel

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

RAYON AL GHAZALI MASA BHAKTI 2009-2010 © 2008 Por *Templates para Você*